SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN
LAPORAN PENELITIAN GENERATOR TIMBULAN
DAN KOMPOSISI SAMPAH DI KEL. TATURA UTARA, KEC. PALU SELATAN,
KOTA
PALU
OLEH :
ANDIKA JAYA F
231 15 001
KHAIRUNNISA RAMADHANI F 231 15 002
ANDI RIZA NADZIFA F 231 15 003
MUHAMMAD RAZAK F
231 15 005
HIMARIO ANUGRAH RANTEDALA F 231 15 016
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR, FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Besar mata kuliah
Sumber Daya Alam dan Lingkungan program
studi S1 Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota. Berkat karunia dan Rahmat-Nya
maka Kelompok kami dapat menyelsaikan tugas Besar ini dengan tema “Generator Timbulan Dan Komposisi Sampah Di
Kel. Tatura Utara, Kec. Palu Selatan Kota Palu”.
Pada kesempatan
ini kami sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian laporan ini baik berupa dukungan, do’a, semangat dan materi.
Terutama kepada dosen mata kuliah Sumber daya Alam dan Lingkungan, Aziz Budianta, S.Si., MT. yang telah
membimbing kami dalam perkuliahan serta teman-teman kelompok yang bersama-sama
telah melakukan penelitian ini.
Kami menyadari bahwa
laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurnah dan masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada laporan ini. Kami berharap laporan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya dan terhusus bagi para mahasiswa
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Tadulako.
Palu, 29 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................... 2
BAB II STUDI PUSTAKA.................................................................................................. 3
2.1 Defenisi Sampah......................................................................................................... 3
2.2 Sumber-sumber
Sampah.............................................................................................. 4
2.3 Timbulan Sampah........................................................................................................ 5
2.4 Komposisi dan
Karakteristttik Sampah....................................................................... 6
2.5 Jenis-jenis Sampah....................................................................................................... 8
2.6 Manfaat Data
Timbulan dan Komposisi Sampah....................................................... 12
2.7 Pembentukan Rumah
dan Perumahan Oleh Masyarakaat.......................................... 13
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN......................................................................... 21
3.1 Tahap Kegiatan
Penelitian.......................................................................................... 21
3.2 Pendekatan
Penelitian................................................................................................ 21
3.3 Variabel Penelitian..................................................................................................... 21
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................................................. 22
3.5 Pengukuran Timbulan
dan Komoosisi Sampah.......................................................... 24
3.6 Instrumen
Penelitian................................................................................................... 25
3.7 Data dan Analisis
Data.............................................................................................. 26
3.8 Jadwal Kegiatan
Penelitian........................................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN............................................................................ 28
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................................... 28
4.1.1 Timbulan dan
Komposisi Sampah..................................................................... 28
4.1.1.1 Perumahan
Pemanen................................................................................ 28
4.1.1.2 Perumahan Semi
Permanen...................................................................... 31
4.1.1.3 Perumahan Non
Permanen....................................................................... 33
4.1.2 Data Penduduk
Responden............................................................................... 35
4.2 Pembahasaan.............................................................................................................. 38
4.2.1 Hubungan Timbulan
Sampah Terhadaap Tingkat Pendapatan......................... 38
4.2.2 Hubungan
Komposisi Sampah Terhadap Tingkat Pendapatan......................... 38
4.2.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Pengetahuan-Sikap-Perilaku
Masyarakat..... 39
BAB V
PENUTUP............................................................................................................... 41
5.1
Kesimpulan................................................................................................................. 41
5.2 Saran........................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 42
LAMPIRAN......................................................................................................................... 44
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan dalam sampah
perkotaan timbul akibat
pengelolaan sampah yang
tidak dilakukan dengan
baik terutama di
kota-kota besar di Indonesia.
Pramono (2003) mengatakan bahwa sistem pengumpulan yang
tidak tuntas, kurangnya
alat angkut sampah
dan terbatasnya kapasitas
Tempat Pembuangan Akhir
sampah (TPA) menjadi permasalahan
yang khas mencakup aspek teknis,
sosial dan budaya. Pengetahuan dan kepedulian masyarakat
untuk memilah sampah sangat rendah karena
pola kebiasaan dan perilaku
masyarakat yang terbiasa
membuang sampah tanpa
memperhatikan komposisi dari
sampah tersebut. Kondisi sampah yang
tercampur ini sangat menyulitkan bagi pemerintah dan dinas kebersihan dalam melakukan proses
daur ulang. Banyak
material yang seharusnya dapat
didaur ulang tetapi pada akhirnya hanya ditimbun di TPA.
Komposisi sampah dapat ditentukan dari tingkat ekonomi masyarakat
itu sendiri. Darmasetiawan (2004) mengatakan bahwa pada umumnya negara-negara
berkembang memiliki karakteristik sampah dengan komposisi organik yang lebih tinggi dibandingkan dari negara dengan
tingkat perekonomian yang lebih
maju. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui
apakah tingkat ekonomi
penduduk dapat mempengaruhi timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan dan juga untuk mengetahui
faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Dalam hal ini, tingkat ekonomi dapat
ditunjukkan dari tingkat pendapatan seseorang, dan tingkat pendapatan
seseorang dapat ditentukan
dari jenis permukiman
dan kondisi rumahnya. Perbedaan
tingkat pendapatan menentukan
jenis rumah dan
pemukiman yang akan dihuni.
Menurut Sumardi dkk. (1982), ada korelasi antara kualitas
permukiman dengan kemampuan
membangun (yang berkaitan
dengan tingkat pendapatan). Semakin tinggi tingkat pendapatan, kemampuan
membangun kualitas permukiman akan
semakin baik, demikian sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
Penduduk suatu kota yang
sangat beragam dilihat dari tingkat ekonomi dan sosial beserta
pengetahuan sikap dan perilaku yang dimiliki
masyarakat, menyebabkan perlu
dilakukannya penelitian ini
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi timbulan sampah. Rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana timbulan dan
komposisi sampah pada
permukiman di Kelurahan Tatura
Utara?
2. Apakah terdapat hubungan
antara timbulan sampah
yang dihasilkan dengan tingkat
pendapatan penduduk?
3. Apakah terdapat hubungan
antara komposisi sampah yang
dihasilkan dengan tingkat pendapatan penduduk?
4. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan penduduk terhadap pengetahuan sikap dan perilaku
masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yakni sebagai berikut:
1.
Mengetahui timbulan
dan komposisi sampah
pada permukiman di Kelurahan Tatura Utara.
2.
Mengetahui hubungan
antara timbulan sampah
terhadap tingkat pendapatan
penduduk.
3.
Mengetahui hubungan
antara komposisi sampah
terhadap tingkat pendapatan
penduduk.
4.
Mengetahui hubungan
antara tingkat pendidikan
penduduk terhadap pengetahuan
sikap dan perilaku masyarakat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Data mengenai timbulan dan komposisi sampah dapat digunakan dalam
sistem manajemen sampah
khususnya pada penentuan
pewadahan, pengaturan pola
pengumpulan, dan membuat
program daur ulang sampah.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Defenisi Sampah
Sampah adalah bagian
dari sesuatu yang
tidak dapat dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu
yang harus dibuang, pada umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia,
termasuk kegiatan industri
(Azwar, 1990). Sementara Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, sedangkan bila ditinjau dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestariannya.
Menurut UU Nomor
18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah,
mengatakan bahwa sampah
adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah spesifik adalah
sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
Pengertian sampah juga
didefinisikan oleh organisasi
di dunia seperti American Public
Health Association (APHA),
yaitu sesuatu yang
tidak dapat digunakan, dibuang,
yang berasal dari kegiatan
atau aktifitas manusia. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang berasal dari
kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Banyak
sampah organik masih
mungkin digunakan kembali/
pendaurulangan (re-using), walaupun
akhirnya akan tetap
merupakan bahan/ material
yang tidak dapat
digunakan kembali (Dainur, 1995).
Dalam Ilmu Kesehatan
Lingkungan, sampah merupakan
sebagian dari benda atau hal-hal
yang dipandang tidak digunakan, tidak disenangi atau dibuang, sisa aktifitas kelangsungan
hidup manusia. Pengertian
ini hampir sama
dengan yang didefinisikan
Darmasetiawan (2004), yaitu sampah
merupakan produk samping dari
aktivitas manusia sehari-hari,
sampah ini apabila
tidak dikelola dengan baik akan
mengakibatkan tumpukan sampah yang semakin banyak.
Menurut SNI 19-2454-2002
tentang Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, pengertian sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat
terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola
agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul
di kota.
Dari pengertian sampah yang telah disebutkan sebelumnya, sampah
yang akan diteliti pada penelitian ini merupakan hasil aktivitas manusia berupa
benda-benda yang sudah tidak digunakan dan dibuang ke tempat
sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik.
2.2 Sumber-Sumber Sampah
Sampah dapat dihasilkan
dari berbagai sumber yang memiliki
aktivitas yang berbeda-beda. Menurut
Tchobanoglous et.al. (1993), sumber sampah dalam suatu komunitas secara umum dihubungkan terhadap tata guna lahan dan
zonasi, yaitu dengan kategori sumber sampah yang berasal dari:
A. Perumahan
B. Komersial
C. Institusional
D. Konstruksi dan pembongkaran (demolition)
E. Fasilitas umum perkotaan
F.
Lokasi
instalasi pengolahan
G. Industri
H. Pertanian
Sampah yang berasal dari
daerah perumahan atau sampah rumah
tangga menjadi fokus pada
penelitian ini. Sampah
di suatu perumahan
biasanya dihasilkan oleh satu
keluarga atau lebih
yang terdiri dari
beberapa orang. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa
makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau
sampah basah (garbage), sampah
kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa
tumbuhan kebun (Dainur, 1995).
Sumber sampah di
daerah perumahan menurut
Darmasetiawan (2004), dibagi atas :
A. Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income, HI)
B. Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income,
MI)
C. Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah/
daerah kumuh
Ketiga jenis perumahan
tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan:
(1) jenis daerahnya teratur atau
tidak; (2) kelas
jalan yang dapat
terdiri dari jalan protokol, kolektor,
atau gang dan
bantaran sungai; (3)
klasifikasi tipe rumah,
rumah tipe 100
keatas pada umumnya
dihuni oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi, tipe 54-100 umumnya
dihuni oleh masyarakat
berpenghasilan menengah dan tipe
36 ke bawah dihuni oleh masyarakat
berpenghasilan rendah (Darmasetiawan, 2004).
Pada penelitian ini,
penentuan lokasi sampling
dilakukan berdasarkan tingkat ekonomi penduduk di Kelurahan Tatura Utara, yang dapat dilihat
dari jenis perumahan yang ada.
Sesuai dengan kondisi
lapangan, jenis perumahan
yang dipilih untuk mewakili
masyarakat yaitu perumahan permanen,
semi permanen, dan non permanen.
2.3 Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah sejumlah sampah
yang dihasilkan oleh
suatu aktifitas dalam kurun
waktu tertentu, atau dengan kata
lain banyaknya sampah yang
dihasilkan dalam satuan
berat (kilogram) gravimetri
atau volume (liter) volumetri (Tchobanoglous et.
al., 1993). Menurut
Damanhuri (2004), prakiraan
timbulan sampah baik
untuk saat sekarang
maupun di masa mendatang merupakan
dasar dari perencanaan, perancangan, dan
pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Satuan timbulan
sampah ini biasanya
dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit
bangunan, misalnya adalah satuan
timbulan sampah dalam (Damanhuri, 2004):
A. Satuan berat : kilogram
per orang perhari (kg/orang/hari)
B. Satuan volume : liter per orang perhari (liter/orang/hari)
Besarnya timbulan sampah secara nyata diperoleh
dari hasil pengukuran langsung
di lapangan terhadap
sampah dari berbagai
sumber melalui sampling yang representatif. Tata cara ketentuan
sampling terdapat pada SNI 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Menurut SNI 19-3983-1995
mengenai Spesifikasi Timbulan
Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, bila data pengamatan
lapangan belum tersedia, maka untuk
menghitung besaran timbulan
sampah perkotaan dapat digunakan nilai
timbulan sampah berdasarkan
klasifikasi kota, yaitu
sebagai berikut:
Table
1.1 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
No
|
Satuan
|
Volume (Liter/orang/hari)
|
Berat (kg/orang/hari)
|
Klasifikasi Kota
|
|||
1
|
Kota sedang
|
2,75 - 3,25
|
0,70 – 0,80
|
2
|
Kota kecil
|
2,5 - 2,75
|
0,625 – 0,70
|
Sumber: SNI 19-3964-1994
2.4 Komposisi dan Karakteristk Sampah
Damanhuri (2010) menyatakan
bahwa sampah dapat
dikelompokkan berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai %
berat (biasanya berat basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit,
karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan,
dan lain-lain. Komposisi
sampah tersebut digolongkan
oleh Tchobanoglous et. al.
(1993) sehingga masuk
ke dalam 2
komponen utama sampah yang
terdiri dari:
1. Organik
a. Sisa makana e.
Karet
b. Kertas f.
Kain
c. Karbon g.
Kulit
d. Plastik h.
Kayu
2.
Anorganik
a. Kaca d.
logam
b. Aluminium e.
Abu dan debu
c. Kaleng
Suarna (2008)
menyebutkan penggolongan sampah
berdasarkan sifat fisik dan kimianya menjadi: 1) sampah ada yang mudah
membusuk terdiri atas sampah
organik seperti sisa sayuran, sisa daging,
daun dan lain-lain; 2) sampah yang
tidak mudah membusuk
seperti plastik, kertas,
karet, logam, sisa
bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah
yang berupa debu/abu;
dan 4) sampah yang berbahaya (B3)
bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung
zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.
Selain komposisi
sampah, Damanhuri (2010) menyebutkan
karakteristik lain yang biasa
ditampilkan dalam penanganan sampah yaitu
karakteristik fisika dan kimia
sebagai berikut:
1.
Karakteristik fisika: yang
paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatile,
kadar abu, nilai kalor, dan distribusi ukuran.
2.
Karakteristik kimia:
khususnya yang menggambarkan
susunan kimia sampah yang terdiri
dari unsur C, N, O, P, H, S, dan sebagainya.
Data mengenai karakteristik
kimia sampah dapat dilakukan dengan cara analisa di
laboratorium. Data ini
erat kaitannya dengan
komposisi fisiknya, apabila
komposisi organik tinggi, nilai kalornya
rendah, kadar abunya rendah dan berat
jenisnya tinggi. Data
ini penting dalam menentukan
pertimbangan dalam memilih alternatif
pengolahan sampah dengan
cara pembakaran (incinerator). Sebagai contoh sampah yang
memiliki kadar air tinggi (> 55%), nilai kalor rendah (< 1300 kcal/kg),
berat jenis tinggi
(> 200 kg/m3) tidak layak
untuk dibakar dengan insinerator
(Darmasetiawan, 2004).
Sebagai gambaran mengenai
karakteristik sampah di
Indonesia, akan diperlihatkan
pada tabel berikut :
Table 1.2 Karakteristik Sampah di Indonesia
No
|
Karakteristik
|
Indonesiaa
|
1
|
Kadar air
|
60%
|
2
|
Nilai kalor
|
1272,22 kcal/kg
|
3
|
Kadar abu
|
10,59%
|
4
|
Berat jenis
|
250 kg/m
|
Sumber : BPPT (1991)
Karakteristik sampah sangat
bervariasi bergantung pada
komponen-komponen
sampahnya. Sebagai contoh,
sampah bahan organik
memiliki karakteristik
tertentu yang terkandung
didalamnya. Komponen dan
komposisi sampah kota dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Table 1.3 Komponen dan Komposisi Bahan Organik Sampaah Kota
Bahan Organik
|
Komposisi
|
Serat kasar (%)
|
4,1-6,0
|
Lemak (%)
|
3,0-9,0
|
Abu (%)
|
4,0-20,0
|
Air (%)
|
30,0-60,0
|
Amonium (mg/g sampah)
|
0,5-1,14
|
N organik (mg/g sampah)
|
4,8-14,0
|
Total nitrogen (mg/g sampah)
|
4,0-17,0
|
Protein (mg/g sampah)
|
3,1-9,3
|
Keasaman (pH)
|
5,0-8,0
|
Sumber: Hadiwiyoto (1983)
2.5 Jenis-jenis
Sampah
Menurut Spilsbury (2010)
terdapat dua jenis limbah yang
utama, yaitu: biodegradable
dan nonbiodegradable. Limbah yang terbuat dari material alamiah,
seperti limbah makanan,
adalah biodegradable. Artinya
bahwa jenis tersebut dapat hancur
oleh hujan dan
hewan, misalnya cacing.
Selain itu bahan biodegradable dapat
dicerna oleh bakteri
dan jamur misalnya,
hingga berubah bentuk menjadi
tanah. Kebanyakan limbah yang
orang hasilkan saat ini adalah nonbiodegradable. Benda
tersebut terbuat dari
material sintetik yang
memakan waktu lebih lama untuk membusuk.
Dainur (1995) menyebutkan bahwa jenis-jenis sampah dapat
digolongkan antara lain:
1. Berdasarkan zat kimia
yang terkandung di dalamnya
a. Organik, misal sisa
makanan, kertas, plastik.
b. Anorganik, misal logam,
kaca, abu.
2. Berdasarkan mudah atau
tidaknya terbakar
a. Mudah terbakar,
misalnya kertas, plastik, daun, sisa makanan
b. Tidak dapat terbakar,
misalnya logam, kaca, abu.
3. Berdasarkan dapat atau
tidak mudahnya membusuk
a. Mudah membusuk,
misalnya sisa makanan, daun-daunan.
b. Tidak mudah membusuk,
misalnya plastik, kaleng, kaca, logam.
4. Berdasarkan kadar
airnya
a. Sampah basah, misalnya
sisa makanan, daun, dan buah
b. Sampah kering, misalnya
kertas, plastik dan kayu
5. Berdasarkan bentuknya
a. Bulat, panjang tak beraturan
6. Berdasarkan volume
sampahnya
a. Sampah ukuran besar,
misalnya bangkai kendaraan
b. Sampah ukuran kecil,
misalnya debu, abu
Karakteristik sampah menurut Anonim (1986) terdiri atas
1.
Garbage (sampah basah);
yaitu sampah yang
susunannya terdiri dari bahan
organik, dan yang
mempunyai sifat cepat
membusuk jika dibiarkan dalam
keadaan basah serta
temperatur optimum yang diperlukan untuk
membusuk, yaitu (20-30)o. Contoh: sampah
rumah tangga, sampah rumah makan, dll.
2.
Rubbish (sampah kering);
yaitu sampah yang
susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik
yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak
cepat membusuk. Contoh:
A. Sampah logam yaitu misalnya kaleng, seng, dll.
B. Sampah non-logam:
a)
Yang terbakar:
kertas, plastik, kayu.
b)
Yang tidak
terbakar: pecahan kaca, dll.
3.
Dust & Ash (debu dan abu); yaitu sampah yang terdiri dari
bahan organik dan anorganik, yang merupakan
partikel-partikel terkecil yang
bersifat mudah beterbangan. Contoh:
A. Abu: hasil pembakaran (proses kimia)
B. Debu: hasil proses mekanis
4.
Demolition & Construction Wastes; yaitu
sampah sisa-sisa bangunan, misalnya: puing-puing,
pecahan-pecahan tembok, genteng, dll.
5.
Bulky Wastes; yaitu sampah barang-barang bekas, baik yang masih dapat digunakan atau
yang tidak dapat
digunakan. Contoh: lemari
es bekas, kursi, TV, mobil
rongsokan, dll.
6.
Hazardous Wastes; yaitu
sampah yang berbahaya (B3: bahan
berbahaya dan beracun). Contoh:
A. Pathogen: rumah sakit, laboratorium klinis
B. Beracun: kertas pembungkus pestisida
C. Mudah meledak: mesiu
D. Radio aktif: sampah nuklir
7.
Water & Waste Water Treatment Plant;
yaitu sampah yang berupa hasil sampingan pengolahan air bersih
maupun air kotor, biasanya berupa gas atau lumpur.
8.
Street Sweeping (Sampah
Jalanan); sampah yang
berasal dari pembersihan jalan
dan trotoar baik
dengan tenaga manusia
maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan,
dll
9.
Dead Animal (Bangkai
Binatang); yaitu bangkai-bangkai yang
mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.
10. Abandonded Vehicles (Bangkai
Kendaraan); yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api.
11. Sampah Industri; terdiri
dari sampah padat
yang berasal dari
industri-industri pengolahan hasil bumi. Contoh: indistri kelapa sawit,
dll.
Sumber lain menyebutkan mengenai karakteristik sampah yang
disajikan dalam bentuk:
Table
1.4 Sampah Menurut Jenis, Sifat dan Sumbernya
No
|
Jenis
|
Sifat
|
Sumber
|
1
|
Sampah basah
|
· Sampah dari
hasil
penyiapan dan
pemasakan makanan
· Sampah pasar
· Sampah hasil
penanganan,
penyimpanan dan
penjualan produk
|
Rumah tangga,
rumah makan,
institusi, toko dan
pasar
|
2
|
Sampah kering
|
· Mudah terbakar
(combustible) seperti:
kertas, karton, dsb
· Tidak mudah
terbakar
(non combustible)
seperti: logam, kaleng,kawat, gelas, dsb
|
Rumah tangga,
rumah makan,
institusi, toko dan
pasar
|
3
|
Abu/ debu
|
Residu hasil pembakaran
baik pada proses
pemasakan dan pemanasan
dari proses insenarasi.
|
Rumah tangga,
rumah makan,
institusi, toko dan
pasar
|
4
|
Buangan dari jalan raya
|
Debu, daun-daunan
|
Jalan raya dan trotoar
|
5
|
Bangkai binatang
|
Kucing, anjing, kerbau, dan
lain-lain
|
Jalan raya,
permukiman, RPH
|
6
|
Sampah industri
|
Buangan dari pengolahan
makanan, scrap, metal
scrap, dan lain-lain
|
Pabrik dan
pembangkit listrik
|
7
|
Buangan sisa konstruksi
|
Sisa-sisa pipa dan material
konstruksi bangunan
|
Pembangunan dan
perbaikan gedung
|
8
|
Buangan khusus
|
Buangan B3 (padat, cair,
debu, gas) yang bersifat
mudah meledak, patogen,
radioaktif, dan lain-lain.
|
Rumah tangga,
hotel, RS, took dan
industri
|
9
|
Residu hasil
pengolahan limbah
|
Padatan residu dari
screening dan grid chamber
(penangkap pasir), lumpur
dari septic tank
|
Instalasi
pengolahan air
limbah dan septic
tank
|
Sumber: Model Pengelolaan Persampahan Perkotaan BPPT, 2000
2.6 Manfaat Data
Timbulan dan Komposisi Sampah
A.
Manfaat Data Timbulan Sampah
Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah
sampah yang harus dikelola. Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengelolan persampahan
(Tchobanoglous etal., 1993).
Selain itu, tujuan diketahuinya timbulan sampah adalah sebagai
perkiraan timbulan sampah yang
dihasilkan untuk masa
sekarang maupun pada masa yang akan
datang yang berguna untuk (Tchobanoglous et al., 1993):
Dasar dari perencanaan dan perancangan sistem pengelolaan sampah.
1.
Menentukan jumlah
sampah yang harus dikelola.
2.
Perencanaan sistem
pengumpulan (penentuan macam
dan jumlah kendaraan yang dipilih,
jumlah pekerjaan yang
dibutuhkan, jumlah dan bentuk TPS
yang diperlukan).
Manfaat
mengetahui timbulan sampah
adalah untuk menunjang penyusunan sistem pengelolaan
persampahan di suatu wilayah, data yang
tersedia dapat digunakan sebagai
bahan penyusun solusi
alternatif sistem pengelolaan
sampah yang efisien dan efektif.
Selain itu informasi mengenai timbulan
sampah yang diketahui akan berguna untuk
menganalisis hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain untuk
(Damanhuri dkk., 1989):
1.
Pemilihan
peralatan
2.
Perencanaan rute
pengangkutan
3.
Fasilitas untuk
daur ulang
4.
Luas dan jenis
TPA.
B.
Manfaat Data Komposisi Sampah
Komposisi sampah
merupakan penggambaran dari
masing-masing komponen yang terdapat
dalam buangan padat
dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam
persen berat (%).
Informasi tentang komposisi
sampah dibutuhkan untuk penentuan
luas areal tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan pengolahan sampah secara
biologi seperti pengolahan composting. Komposisi sampah dibagi kedalam kategori
sampah yang terdekomposisi (Pd) dan
sampah yang tidak terdekomposisi (Pnd) (Azkha dkk., 2006).
Beberapa penelitian dilakukan
untuk menemukan kenyataan
bahwa komposisi sampah perkotaan
menjadi sangat penting dalam strategi pengelolaan sampah. Menurut
Damanhuri (1989), dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara
pengolahan yang tepat dan yang
paling efisien sehingga
dapat diterapkan proses pengolahannya. Ditambah
lagi, menurut Pramono
(2004) komposisi menjadi dasar untuk
strategi pengolahan sampah dengan sistem daur ulang dan pengomposan.
Sampah organik dapat langsung ke tempat pengomposan dan sampah
non organik langsung
ke tempat dilakukan
daur ulang. Menurut Pramono pula, terdapat kecendrungan pola perubahan
komposisi sampah karena komposisi sampah mengalami
perubahan setiap tahunnya.
Perubahan tersebut diakibatkan
adanya pola hidup
masyarakat, pertumbuhan ekonomi,
dan sebagainya. Perubahan komposisi
sampah tersebut juga
memberikan dampak terhadap strategi
pengelolaan sampah perkotaan.
Misalnya untuk komposisi sampah perkotaan
yang didominasi oleh
sampah organik, pola
pengelolaan sampah haruslah berdasarkan sistem pengomposan, tetapi jika
sampah mengalami perubahan komposisi dari sampah organik ke jenis material
sampah kertas. Maka sistem
pengelolaan sampah harus
berubah dari sistem
pengomposan ke sistem daur ulang kertas.
Jadi dapat disimpulkan sistem
pengelolaan sampah perkotaan tidak bersifat tetap, tetapi berdasarkan
komposisi sampah perkotaan yang dimiliki (Pramono, 2004).
Menurut Darmasetiawan (2004),
komposisi sampah dapat
digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan
pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya
daur ulang dan
pembuatan kompos serta
kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi alternatif.
2.7 Pembentukan Rumah dan
Perumahan oleh Masyarakat
Sumber sampah
di daerah perumahan
menurut Darmasetiawan (2004) dapat
diklasifikasikan menjadi perumahan
masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.
Selain itu, perumahan dapat
diklasifikasikan berdasarkan kondisi fisiknya, lokasi,
tipe rumah, dan
jenis kawasannya apakah teratur
atau tidak. Oleh karena itu, pada
subbab ini akan dijabarkan mengenai
definisi rumah dan klasifikasinya mengapa
kategori perumahan dapat
mencerminkan kondisiekonomi masyarakat
dan juga sosial-budaya. Hal
ini berkaitan dengan
prosespemilihan lokasi objek
studi penelitian selanjutnya,
yang memiliki fokus penelitian kepada sampah rumah tangga.
A.
Pengertian
dan Jenis-jenis Perumahan di Indonesia
Pengertian rumah
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) adalah bangunan untuk tempat
tinggal. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary (1992), kata house (rumah)
berarti a building made for people to live in, usual forone family
or for a family
and lodgers. Sedangkan
rumah sebagai bangunan menurut Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum
No. 20/KPTS/1986 tentangPedoman Teknik
Pembangunan Perumahan Sederhana
Tidak Bersusun, mempunyai pengertian
sebagai bangunan yang
direncanakan dan digunakan sebagai tempat
tinggal oleh satu
keluarga atau lebih.
Lain halnya mengenai
pengertian
perumahan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988)
mendefinisikan perumahan adalah kumpulan beberapa buah rumah. Perumahan
juga didefinisikan sebagai rumah-rumah tempat
tinggal atau sekelompok
rumah-rumah dengan sarana dan
prasarana lingkungannya atau fasilitas
sosialnya (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.
20/KPTS/1986). Jadi dapat disimpulkan bahwa perumahan terdiri dari
kumpulan rumah-rumah, prasarana
dan sarana lingkungannya. Menurut Departemen
Pekerjaan Umum (1983),
yang termasuk prasarana lingkungan adalah jalan, saluran
air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah
dan jaringan listrik.
Sedangkan sarana lingkungan
adalah kelengkapan
lingkungan yang berupa
fasilitas-fasilitas seperti pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan
niaga, pemerintahan dan
pelayanan umum, peribadatan,
rekreasi dan kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka.
Menurut Salura (2001),
rumah, secara umum mewakili 3 hal:
1.
Rumah
sebagai wadah untuk menampung aktivitas
2.
Rumah
sebagai komponen pembentuk lingkungan, dan sebaliknya.
3.
Rumah
sebagai properti, aset.
Jika dilihat
lebih jauh, perumahan
merupakan bagian dari
suatu perkotaan.
Perkembangan perumahan itu
sendiri, merupakan bagian
dariperkembangan perkotaan secara
keseluruhan yang dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor seperti
ekonomi, sosial budaya, politik,
teknologi dan keadaan alam. Di
Indonesia perumahan di perkotaan secara garis besar dapatdibagi dalam 3 kelompok,
yaitu (Yudohusodo, 1991):
1)
Perumahan Teratur, yaitu
yang direncanakan dengan
baik dan teratur, mempunyai prasarana,
utilitas dan fasilitas
yang baik. Merupakan perumahan yang dibangun melalui sector formal yang melibatkan pihak pemerintah maupun pihak
swasta.
2) Perumahan Tidak
Teratur, yaitu perumahan
yang berkembang tanpa direncanakan terlebih
dahulu. Polanya tidak
teratur dimana prasarana, utilitas dan
fasilitasnya tidak mencukupi
atau memenuhi syarat
baik jumlah maupun kualitasnya. Perumahan jenis ini dibangun melalui
sector informal.
3) Perumahan Setengah Teratur, yaitu
perumahan yang tidak
sepenuhnya direncanakan dengan baik.
Perumahan teratur dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beberapa
jenis, pertama, perumahan yang dibangun pada
jaman penjajahan Belanda,
yang pada masanya diperuntukan
bagi tempat tinggal penduduk bangsa
Belanda. Perumahan seperti ini berkualitas tinggi. Rumahnya besar-besar dan halamannya luas,
sistem drainasenya baik, memiliki
taman yang luas
serta sarana olahraga.
Kedua, perumahan yang dibangun
setelah masa kemerdekaan,
dibangun untuk para pegawai negeri atau pegawai perusahaan-perusahaan besar. Rumahnya
dibangun dengan berbagai tipe mulai dari tipe kecil untuk para pegawai rendahan sampai tipe besar
untuk para pejabat
tinggi. Dilingkungannya telah
disediakan lahan untuk membangun
berbagai utilitas. Ketiga,
perumahan mewah yang
dibangun para pengusaha swasta,
dibangun di kota-kota besar dimulai sejak tahun
60-an. Keadaannya mirip dengan
perumahan yang dibangun untuk orang-orang Belanda dahulu, namun
dengan desain arsitektur
yang berbeda. Keempat,
perumahan sederhana, yang merupakan
rumah-rumah dengan tipe luas
bangunan kecil dan sederhana
untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Kelima, rumah susun,
yang semula dibangun oleh pemerintah sebagai perumahan pegawai. Pada awal tahun 80-an dibangun
rumah susun untuk
melayani kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah
oleh Perum Perumnas.
Kemudian muncul pula
rumah susun sederhana yang
dibangun dalam rangka peremajaan lingkungan kumuh dan pengadaan rumah
sewa sederhana. Sedangkan
untuk perumahan tidak
teratur dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu tipe kampong dan tipe perumahan liar. Perbedaan utamanya
adalah status pembangunan rumahnya.
B. Faktor
Sosial Budaya Dalam Pembentukan Hunian
Sebuah rumah terbentuk lebih dari sekedar tanggapan atas suatu kondisi fisik lingkungan.
Ada hal-hal selain
tuntutan material secara
tidak langsung terlihat atau
tidak disadari oleh manusia dalam
membentuk konsep rumah,
seperti kepercayaan, adat istiadat,
gaya hidup, dan
penggunaan simbol-simbol tertentu (Oliver, 1977).
Newmark & Tompson (1977) menyatakan bahwa faktor sosial, budaya, ritual, dan ekonomi juga
turut mempengaruhi proses pemilihan tapak
dan proses terbentuknya sebuah shelter.
Oliver (1987) mengklasifikasikan faktor-faktor utama yang membuat konsep rumah menjadi berbeda, yaitu
faktor lingkungan dan kebudayaan.
Rapoport (1969) juga
menambahkan bahwa faktor-faktor
utama yang membuat konsep rumah
menjadi berbeda (faktor pembentuk hunian) adalah faktor fisik dan
sosial. Faktor fisik
terdiri atas: pertama,
iklim dan adanya
kebutuhan sebuah naungan, dimana
setiap daerah memiliki
karakter iklim yang
berbeda sehingga menghasilkan bentuk
naungan yang berbeda-beda
pula; kedua, bahan bangunan, dimana
dulu manusia hanya
menggunakan bahan bangunan
yang tersedia disekitarnya tetapi
sekarang telah berkembang
karena manusia ingin membuat
sesuatu yang baru
dengan bahan yang baru pula;
dan ketiga, tapak, dimana manusia yang mendiaminya dapat merasakan spirit of the
place dari tapak tersebut.
Sementara faktor sosial
terdiri atas: pertama,
ekonomi, yang menyebabkan manusia
membangun rumahnya sesuai
dengan kemampuan ekonomi disamping
ingin mendapatkan prestise
tertentu; kedua, kepercayaan, dimana kepercayaan memberi
dampak pada bentuk hubungan spasial dan orientasi rumah; ketiga,
pertahanan, dimana manusia
cenderung menggunakan elemen-elemen yang memiliki sifat pertahanan.
Selanjutnya, Rapoport (1969)
juga mengatakan bahwa
faktor penentu (primary factors) dalam
pembentukan pola hunian
adalah sosial budaya masyarakatnya, sedangkan
faktor lain seperti
kondisi iklim, material,
metode konstruksi dan teknologi
seperti yang telah disebutkan diatas merupakan
faktor modifikasi (modifying factors). Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Oliver (1987) yang lain bahwa
kebudayaan merupakan faktor
yang paling penting
dalam menentukan konsep rumah
karena jika kebudayaan berubah, konsep rumah akan diadaptasikan terhadap
gaya hidup yang
ada, sehingga konsep
rumah sangat dipengaruhi oleh
gaya hidup manusianya.
Konon, rumah adalah tempat berlindung yang aman dari cuaca yang
silih berganti dan dari manusia
atau hewan yang
dianggap sebagai musuh.
Menurut Rapoport (1969), sekarang
rumah bukan hanya sebagai tempat wadah berlindung atau sebuah struktur,
tetapi lebih merupakan sebuah wadah yang diciptakan untuk maksud dan
tujuan yang kompleks
dan dipengaruhi oleh
budaya lingkungan setempat.
Selain kedua teori mengenai faktor-faktor sosial (aspek non fisik)
yang mempengaruhi
pembentukan pola hunian
di atas, Gifford
(1991), mengatakan bahwa ada 2
aspek yang dapat
mempengaruhi pembentukan sebuah
lingkungan buatan, yaitu aspek
fisik: pengaruh lingkungan
fisik, dan aspek
non fisik: pengaruh pribadi dan
pengaruh kultur.
Dari literatur diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek
sosial dan budaya merupakan
elemen paling penting
dalam pembentukan konsep
rumah. Elemen tersebut didasarkan pada daya beli sesuai dengan tingkat
pendapatan yang dimiliki seseorang. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi gaya
hidup seseorang sehingga akan menghasilkan timbulan dan komposisi sampah
yang berbeda-beda. Jika suatu
rumah dikaitkan dengan
timbulan dan komposisi
sampah yang dihasilkan oleh
penghuninya, aspek sosial
dan budaya juga
akan ikut mempengaruhi besar
atau kecilnya timbulan
dan komposisi sampah
yang dihasilkan. Dalam hal
ini aspek sosial
digambarkan dengan bagaimana
tingkat pendidikan penghuninya
dan sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penghuni rumah tentang konsep
pengelolaan sampah yang
baik. Sedangkan aspek budaya dapat
digambarkan dengan gaya
hidup yang dijalankan,
pengaruh kultur dari lingkungan sekitar, dan perlakuan
terhadap sampah.
C. Rumah dan
Kebutuhan Dasar Manusia
Hakekat rumah sebenarnya
dapat dilihat dari
beberapa perspektif. Newmark &
Tompson (1977) menyebutkan
bahwa rumah dapat
dilihat dari perspektif manusia
dan perspektif kota (urban
and human perspective). Dari perspektif manusia,
fungsi rumah dapat ditinjau dari
faktor kebutuhan dasar manusia
dengan mengacu kepada
hirarki kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham
Maslow. Jadi dalam perspektif
manusia, rumah dapat dijadikan sebagai
sarana untuk proses
pemuasan segala kebutuhan
penghuninya atau sebaliknya sebuah rumah
merupakan refleksi atau
jawaban dari semua
kebutuhan penghuninya.
Pendapat Newmark &
Tompson (1977) memasukkan
fungsi-fungsi rumah tinggal sebagai
kontribusi pemuas kebutuhan
manusia melalui hirarki Maslow, yang dapat dilihat pada
penjelasan dibawah ini.
1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs), dimana
sebuah rumah minimal harus
dapat berfungsi sebagai
tempat untuk tidur
dan beristirahat.
2) Kebutuhan akan rasa aman (safety
& security needs), rumah menciptakan sebuah
perlindungan kepada penghuni
berikut harta bendanya dari
dunia luar.
3) Kebutuhan sosial (sosial needs), rumah
menyediakan setting untuk berinteraksi dan
kegiatan-kegiatan intim lain
yang dapat membentuk pengalaman sosial setiap
penghuninya.
4) Kebutuhan akan kepercayaan
diri dan ego
pribadi (self-esteem &
egoneeds), dimana rumah
dapat memberikan kebutuhan
pemuasan egopribadi, sekaligus
dapat dijadikan sebagai
simbol status dan
simbolkesuksesan seseorang yang
dapat menghasilkan rasa
percaya diri dan perasaan dihargai oleh orang lain.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs),
disini rumah dapat dijadikan tempat
untuk mengembangkan potensi
pribadi setiap anggota keluarga
sekaligus sebagai media ekspresi diri. Terkait
dengan predikat rumah
sebagai pemuas kebutuhan
manusia
Terkait dengan predikat
rumah sebagai pemuas
kebutuhan manusia penghuninya
akan rasa percaya diri & ego pribadi dan kebutuhan aktualisasi diridiatas,
maka terdapat dua hal yang dapat ditekankan :
1) Rumah dapat dijadikan
sebagai fungsi yang
menerangkan status (status conferring function)
Maksudnya adalah rasa
percaya diri dan
ego pribadi seseorang
dapat terpuaskan jika dalam
masyarakat ia telah
mencapai kesuksesan, sementara kesuksesan tersebut
dapat tercermin dari
peningkatan kualitas hidup
keluarga termasuk perbaikan standar
hidup yang direpresentasikan dengan
perbaikan kualitas rumah tinggal. Termasuk peningkatan kualitas
pelayanan oleh sarana dan prasarana
lingkungannya didalam suatu
lingkungan bertetangga yang lebih
baik pula. Hal ini
semakin terasa terutama
jika rumah atau
ppribadi lain sehingga pemilik rumah
tersebut dapat mengungkapkan ego
pribadinya (ego needs) (Newmark & Tompson, 1977).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lang (1994), bahwa seseorang dalam membuat pemilihan terhadap jenis,
karakter dan lokasi tempat tinggalnya
tidak hanya dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan
instrumental seperti
kedekatannya dengan pusat
kota atau sanak
saudaranya, melainkan atas
pertimbangan apakah kawasan perumahan itu dapat menyimbolkan “siapa ia”
atau bagaimana status sosialnya.
2) Rumah dapat dijadikan sebagai media untuk mengekspresikan diri
Rumah tidak
hanya berfungsi sebagai
tempat tinggal melainkan
untuk mencapai harapan kedepan
penghuninya. Terkait dalam
hal ini, rumah
dapat dijadikan sebagai alat
bantu atau alat
yang dapat mendukung
penghuninya untuk mencapai
hasil-hasil terbaik dalam usaha
mengembangkan potensi pribadi (aktualisasi diri).
D. Rumah
Sebagai Simbol Status
Dari sudut pandang
sosiologi menurut Theodorson
(1979), yang dimaksud dengan
simbol status adalah
suatu gejala yang
ditentukan oleh keinginan
yang dapat menimbulkan tanggapan sosial (bentuk pemikiran terhadap suatu hal)
yang sama dimana
pengertian simbol-simbol tersebut
berasal dari persetujuan umum.
Simbol digunakan sebagai penunjuk
identitas dari si pengguna serta
sebagai pembatasan diri.
Dalam bermasyarakat, simbol
tersebut akan diaktifkan sesuai
dengan keadaan dimana
individu tersebut berinteraksi,
baik dengan sesamanya maupun dengan masyarakat diluar golongannnya.
Sumber lain dari Cohen (1979)
menyebutkan bahwa simbol itu
dapat digunakan sebagai gaya hidup, yang
biasanya digabungkan dengan pemakaian suatu gaya eksklusif yang membedakan suatu
kelompok dengan kelompok
lain, serta untuk
meyakinkan anggota lain (dalam
kelompoknya atau dari
kelompok lain) akan
kekhususan identitas mereka.
Sementara seorang ahli
ekonomi, Haviland yang
diterjemahkan Soekadijo
(1993), juga menyebutkan
bahwa dalam mengejar
unsur prestise, seseorang dapat
terdorong untuk berkonsumsi mencolok
(conspicuous consumption).
Menurutnya, konsumsi mencolok
ini merupakan motivasi
yang kuat dalam distribusi kekayaan seseorang atau
kelompok. Sebagai contoh, banyak orang
di Amerika Utara
menghabiskan banyak waktu
dan uang sebagai
usaha untuk menimbulkan citra
yang baik kepada
orang lain, dengan
memamerkan barang-barang yang merupakan lambang prestise untuk
menunjukkan statusnya. seseorang,
telah digunakan manusia
dalam bidang arsitektur
sejak terciptanya ilmu ini
(Newmark & Tompson, 1977).
Literatur yang telah
dijabarkan diatas menjelaskan
tentang persepsi rumah sebagai
kebutuhan dasar manusia, yang selanjutnya dapat berfungsi untuk menerangkan status
seseorang dan sebagai
media untuk mengekspresikan diri, sehingga muncul kelompok sosial pembentuk perumahan yang akan menjadikan rumah sebagai simbol status
dari penghuninya. Akhirnya dari beberapa kajian ini dapat disimpulkan
bahwa tingkat ekonomi
seseorang dapat dilihat
dari kondisi rumah yang dihuninya,
karena pembangunan rumah
terbatas pada kemampuan finansial seseorang
dalam membangun. Apabila
tingkat ekonomi seseorang terbilang tinggi
maka ia akan mempunyai hasrat untuk
memperbaiki rumahnyamenjadi lebih
bagus dan lebih
bagus lagi, karena
didukung oleh kemampuan finansial orang
tersebut. Dalam penelitian
ini, pengelompokkan rumah berdasarkan tingkat
ekonomi LI, MI dan HI
akan membantu peneliti
dalam melihat aspek ekonomi dari
masyarakat. Selain itu, penelitian ini akan ditunjang dengan adanya
kuesioner yang akan
mempertanyakan mengenai aspek ekonomi yang terdiri dari total penghasilan
keluarga tiap bulan, biaya yang
dihabiskan tiap bulannya, pola konsumsi, dan lain-lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahap Kegiatan Penelitian
Metodologi penelitian akan
menjadi pedoman bagi
seorang peneliti dalam menjalankan
suatu penelitian. Oleh
karena itu, dibutuhkan
suatu perencanaan yang matang
dalam penyusunan metodologi
penelitian. Tahapan penelitian
harus memperhatikan alur
tahapan secara sistematis
dan struktual. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus
menerus namun tidak boleh melangkahi
proses sebelumnya. Secara
keseluruhan, tahapan kegiatan penelitian yaitu mulai dari rumusan
masalah, tinjaauan pustaka, penentuan lokasi sampling, pengambilan data
(imput), data skunder (data kependudukan), data primer ( timbulan dan komposisi
sampah dan data kuesioner), pengolahan data, output, analisis, dan kesimpulan
dan saran..
3.2
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam penelitian ini, akan
dilakukan pengukuran untuk menghitung timbulan dan komposisi sampah.
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei, melalui pengambilan sampel dari suatu populasi.
Apabila dilihat dari
tingkat penjelasan antara kedudukan
variabel yang akan diteliti,
penelitian ini menggunakan
cara dekriptif untuk menggambarkan kondisi
ekonomi, sosial dan
budaya masyarakat terhadap timbulan dan komposisi sampah tanpa
membuat perbandingan.
3.3
Variabel Penelitian
Pada penelitian ini,
tingkat pendapatan dan
pendidikan penduduk merupakan
variabel bebas (independent variable) karena memiliki kecenderungan
mempengaruhi timbulan dan komposisi sampah yang akan dihasilkan. Sedangkan timbulan dan
komposisi sampah adalah
sebagai variabel terikat
(dependent variable) yang
akan dipengaruhi atau
tergantung dengan variabel bebas
tersebut. Masing-masing variabel akan dijelaskan lebih rinci pada tabel berikut
ini.
Table 1.5 Variabel Penelitian
NO
|
Variabel Bebas
|
Variabel Terikat
|
1
|
Tingkat Pendapatan
|
Timbulan Sampah
|
2
|
Tingkat Pendidikan
|
Komposisi Sampah
|
3
|
Pengetahuan dalam pengelolaan
sampah
|
Perilaku dan Kebiasaan
|
3.4
Populasi dan Sempel
Dalam penelitian ini,
populasi yang akan
diteliti adalah rumah
tangga (Kepala Keluarga/ KK) yang
berada di Kelurahan Tatura Utara,
Kota Palu. Populasi ini terdiri
dari tiga kelompok, yaitu perumahan permanen, perumahan semi permanen,
dan perumahan non permanen. Kemudian
sampel diambil secara acak dari
ketiga kelompok tersebut.
Teknik pengambilan sampel
ini disebut dengan stratified
random sampling.
Menurut SNI 19-3964-1994 mengenai
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan, pelaksanaan pengambilan contoh timbulan sampah dilakukan secara acak untuk
setiap strata dengan jumlah sebagai
berikut:
1. Jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK)
dapat dilihat pada
tabel 1.5 yang dihitung berdasarkan rumus 1.5 dan 1.6 dibawah ini.
PS (1.5)
Dimana :
S = jumlah contoh jiwa
(sampel)
Cd = koefisien perumahan
Cd = kota besar/
metropolitan = 1
Cd = kota sedang/ kecil/
IKK = 0,5
PS = populasi (jiwa)
(1.6)
Dimana
:
K = jumlah contoh (KK)
N = jumlah jiwa per
keluarga = 5
Table 1.6 Jumlah Contoh Jiwa dan KK
NO
|
Klasifikasi Kota
|
Jumlah Penduduk
|
Jumlah contoh jiwa (s)
|
Jumlah KK (K)
|
1
|
Metropolitan
|
1000.000-2.500.000
|
1000-1500
|
200-300
|
2
|
Besar
|
500.000-1000.000
|
700-1000
|
140-200
|
3
|
Sedang, kecil.
|
3.000-500.000
|
150-350
|
30-70
|
Kelurahan Tatura Utara memiliki 10
RW dan 38 RT, yang diantaranya terdiri dari perumahan permanen,
perumahan semi permanen, dan perumahan non permanen. Berdasarkan data
monografi yang didapat, jumlah penduduk pada bulan juni 2015
tercatat sebesar 11.273 jiwa. Jumlah penduduk tersebut
apabila dilihat dari klasifikasi kota pada tabel 1.6, maka masuk kedalam klasifikasi kota sedang/ kecil/ IKK.
Berdasarkan data kependudukan yang
telah diperoleh diatas, maka dapat dilakukan perhitungan jumlah jiwa
untuk sampling sesuai dengan SNI 19-3964-1994
mengenai Metode Pengambilan
dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
S = Cd√ PS = 0,5√11.237 = 53,085 ≈ 53 jiwa
Apabila diasumsikan bahwa 1 rumah didalamnya terdapat 1 kepala
keluarga (KK) yang terdiri
dari 5 jiwa,
maka perhitungan jumlah
contoh timbulan sampah adalah:
K = S⁄N = 53⁄5 = 10,6 ≈ 11 KK
Pada penelitian ini, pemilihan
rumah sebagai sampel dilakukan melalui pengamatan visual
dan sedikit wawancara
dengan pemilik rumah.
Kriteria pemilihan rumah untuk
populasi perumahan semi permanen adalah dengan
melihat bangunanya yaitu dimana bangunannya setengah tembok dan setengah
kayu . Kriteria untuk
populasi perumahan non permanen adalah
bangunannya sepenuhnya terbuat dari kayu, kondisi
rumah yang tidak terlalu
bagus dan bangunannya
tidak bertingkat. Sedangkan kriteria untuk populasi perumahan permanen adalah bangunannya sepenuhnya terbuat dari
batu bata/batako.
Agar pengambilan sampel dapat valid
mencakup keseluruhan perumahan di Kelurahan Tatura Utara dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk analisis tingkat ekonomi, maka jumlah contoh timbulan sampah pada tiap
jenis perumahan adalah:
1. Perumuhan Permanen : 4 kk
2. Perumahan Semi Permanen : 4 kk
3. Perumahan Non Permanen :
3 kk
3.5
Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah
Frekuensi sampling atau
pengambilan contoh komposisi sampah dapat
dilakukan dalam 8 hari berturut-turut pada
lokasi yang sama,
sesuai dengan prosedur dalam SNI
19-3964-1994, akan tetapi kami hanya
melakukan penelitian mengenai timbulan dan komposisi sampa di kelurahan tatura
utara selama 6 hari karena keterbtasan waktu. Pengambilan sampel akan dimulai
pada pukul 06.00 pagi WIB, kemudian untuk
pengukuran timbulan dan
komposisi sampah akan dilakukan di rumah penulis sekitar pukul
05.00 sore WIB. Komposisi sampah rumah tangga yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.8 Komposisi Sampah yang Diteliti
NO
|
Kategori Sampah
|
Keterangan
|
|
1
|
|
Kantong kresek, botol shampoo,
sabun cair, pemutih, kecap, saus, botol plastik air mineral, jus, Plastik
bening pembungkus makanan, kemasan sachet, mie instan, kemasan minyak goreng,
pewangi, dll.
|
|
Plastik
|
|
||
2
|
Kertas
|
a. Kardus, kertas, majalah
b. Kemasan tetrapak
|
|
3
|
Organik
|
Sisa makanan dll.
|
|
Pengukuran dan perhitungan contoh timbulan sampah
harus mengikuti prosedur dalam
SNI 19-3964-1994, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan sampah adalah:
1.
volume basah
(asal) : liter/unit/hari;
2.
berat basah
(asal) : kilogram/unit/hari;
2. Satuan yang digunakan
dalam pengukuran komposisi
sampah adalah dalam % berat
basah/ asal;
3. Jumlah unit masing-masing
lokasi pengambilan contoh timbulan sampah (u) untuk perumahan adalah
jumlah jiwa dalam keluarga;
4. Metode pengukuran contoh timbulan sampah yaitu:
1.
sampah terkumpul
diukur volume dengan wadah
pengukur 50 liter dan ditimbang
beratnya dan atau;
2.
sampah terkumpul diukur dan ditimbang beratnya,
kemudian dipisahkan berdasarkan
komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya.
Selanjutnya pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan
komposisi sampah dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Membagikan kantong
plastik yang sudah
diberi tanda kepada
sumber sampah satu hari sebelum pengumpulan.
2.
Mencatat jumlah
unit masing-masing penghasil sampah.
3.
Mengumpulkan
kantong plastik yang sudah terisi sampah.
4.
Mengangkut
seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.
5.
Menimbang kotak
pengukur.
6.
Menuangkan secara
bergiliran ke kotak pengukur.
7.
Menghentak 3 kali
dengan ketinggian kotak 40 cm.
8.
Mengukur dan
mencatat volume sampah (Vs).
9.
Menimbang dan
mencatat berat sampah (Bs).
10. Memilah sampah berdasarkan komponen komposisi sampah.
11. Menimbang dan mencatat berat sampah.
12. Menghitung komponen komposisi sampah.
Menghitung komponen komposisi
sampah merupakan tindak lanjut tahapan setelah
pengukuran timbulan sampah
dilakukan, prosedur pengukuran komponen komposisi sampah adalah
sebagai berikut :
1)
Menimbang sampah
total.
2)
Memilah sampah
sesuai karakteristik.
3)
Menimbang
masing-masing sampah.
4)
Menghitung
komposisi sampah.
3.6 Instrumen Penelitian
Peralatan dan perlengkapan
yang harus disiapkan terlebih
dahulu pada pengukuran timbulan
dan komposisi sampah adalah sebagai berikut:
1.
Timbangan maksial 100 kg (untuk
timbulan sampah dan kompposisi sampa)
2.
Kotak Kayu (30x25x40 cm3)
3.
Penggaris
4.
Sarung tangan
5.
Masker
Instrumen lain yang
dijadikan pendukung penelitian
adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
data dari sumbernya secara langsung
melalui proses komunikasi atau dengan
mengajukan pertanyaan yang
menghasilkan suatu jawaban
berupa data tertulis. Jenis
kuesioner yang akan
digunakan dalam penelitian
ini adalah “Kuesioner Terstruktur
Yang Terbuka”. Pada
jenis kuesioner ini,
pertanyaan-pertanyaan
diajukan dengan susunan
kata-kata dan urutan
yang sama kepada semua responden ketika mengumpulkan
data. Kuesioner ini menyediakan pilihan jawaban
yang dapat dipilih
oleh responden, sehingga tujuannya jelas dan dapat membatasi
kemungkinan jawaban-jawaban dari responden karena diarahkan untuk memilih salah
satu diantara pilihan
jawaban (kuesioner pada
penelitian ini terlampir).
Survei kuesioner dilakukan
1 kali terhadap
rumah yang sama
dengan lokasi sampling pada
pengukuran timbulan dan komposisi
sampah. Tujuan melakukan survei
kuesioner ini adalah untuk mengetahui :
1.
Besarnya jumlah
pendapatan objek studi
2.
Biaya yang
dihabiskan untuk belanja bulanan
3.
Kecendrungan
mengkonsumsi makanan sehari-hari
4.
Tingkat
pendidikan masyarakat
5.
Cara warga memperlakukan
sampahnya masing-masing
3.7 Data dan Analisis Data
Data primer yang
telah diperoleh pada
saat pengumpulan data
yang terdiri dari data komposisi sampah dan data kuesioner, kemudian
akan dianalisis. Tahapan pekerjaan yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Menghitung berat Sampah
Dalam perhitungan berat sampah perhari Dimana
berat sampah didapat
dengan cara menimbang
sampel, sedangkan volumenya
diukur dengan kotak kayu berukuran 30
x 25 x 40 cm3. Rumus yang digunakan dalam mengukur volume
sampah dalam kotak sampling adalah :
Volume sampah = luas kotak × tinggi
sampah
B.
Menghitung persentasi komposisi (Widanarko, 1992)
Komposisi sampah dapat
dihitung dengan menggunakan
rumus :
3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian
Adapun jadwal kegiatan penelitian
yang dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut
Tabel 1.9 Jadwal Kegiatan pelitian
KEGIATAN
|
DESEMBER
2015
|
||||||||||||||
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
|
Meyusun Laporan Sementara
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Survey Lokasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan Sampling
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengelolah Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisis dan Meyusun Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
PENELITIAN
4.1.1 Timbulan
dan Komposisi Sampah
Data mengenai timbulan
dan komposisi sampah akan dibagi
menjadi 3 kelompok data sesuai
dengan metode penelitian
pada Bab 3. Ketiga kelompok tersebut ialah kelompok
perumahan permanen, kelompok perumahan semi permanen, dan kelompok perumahan
non permanen, yang berada
dalam wilayah Kelurahan
Tatura Utara, Kec. Palu Selatan, Kota Palu. Agar penyajian data pengukuran sampah lebih mudah untuk
dibaca dan dimengerti, maka
selanjutnya data hasil pengukuran sampah akan
disajikan dalam satuan kelompok perumahan masing-masing.
Pengukuran sampah pada ketiga kelompok sampel dilakukan selama
6 hari berturut-turut pada
waktu yang sama.
Keadaan cuaca selama
periode pengukuran adalah tidak
dalam kondisi hujan, dan sampah
tersimpan dengan baik (tidak terkena
air) dalam kantung sampah berukuran
100x100x600 cm3.
4.1.1.1
Perumahan Permanen
Jumlah sampel pada kelompok ini adalah sebanyak 4 buah rumah
yang dipilih secara acak pada RW 6 dan
RW 7, Kelurahan Tatura Utara, Kec. Palu Selatan, Kota Palu. Untuk mengetahui
berat sampah dan volume sampah harian yang dihasilkan oleh masing-masing orang,
maka dibutuhkan data jumlah penghuni rumah sampel yang diteliti. Jumlah orang
dalam 1 rumah sampel diketahui dari kuisioner yang didalamnya terdapat
pertanyaan mengenai jumlah penghuni rumah. Tabel hasil perhitungan berat dan volume
sampah per orang per hari dapat dilihat pada lampiran 2.
Variabel terikat seperti berat dan volume sampah dalam penelitian
ini selanjutnya akan di buat grafik timbulan sampah harian selama 6 hari yaitu
pada hari minggu, senin, selasa, rabu, kamis, dan jumat. Berikut adalah
timbulan sampah untuk perumahan permanen dalam kg/orang/hari (berat) dan
liter/orang/hari (volume).
Diagram 1.1 Berat
Sampah Perumahan Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
pada diagram 1.1, sumbu x menunjukkan waktu sampling yang
dilakukan selama 7 hari sedangkan sumbu y merupakan berat sampah yang di dapat dari
perhitungan timbulan sampah.
Diagram 1.2 Volume
Sampah Perumahan Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
pada diagram 1.2, sumbu x menunjukkan waktu sampling yang
dilakukan selama 7 hari sedangkan sumbu y merupakan volume sampah
liter/orang/hari yang di dapat dari perhitungan timbulan sampah.
Selain timbulan sampah, dilakukan pula pengukuran komposisi sampah
pada perumahan permanen, komposisi sampah yang terdapat pada kelompok ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.10 Total Komposisi Sampah Perumahan Permanen
NO
|
Komposisi Sampah
|
Komponen
|
|
Kg
|
%
|
||
1
|
Plastik
|
2,2
|
0,26
|
2
|
Kertas
|
2
|
0,1
|
3
|
Organik
|
5,4
|
0,64
|
Total
|
9,6
|
0,97
|
Sumer: Hasil Olahan, 2015
Total sampah yang
terukur pada perumahan
permanen selama 6 hari
sampling adalah sebesar 8,6
kg. Jika berat tiap komponen sampah dibagi total sampah
tersebut kemudian dikali dengan
100%, maka dapat dicari proporsi tiap
komponen dalam bentuk presentasi. Urutan
komposisi sampah dari jumlah yang
paling besar hingga terkecil yaitu sampah organik, plastik, dan kertas. Agar
lebih jelas dalam
melihat dan membandingkan proporsi tiap komposisi sampah
terhadap total sampah yang dihasilkan,
maka dari tabel 1.9 diatas selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk pie
chart seperti pada gambar berikut ini.
Diagram 1.3 Total Komposisi
Sampah Perumahan Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
4.1.1.2
Perumahan Semi Permanen
Jumlah Sampel yang di ambil pada keompok ini sebayak 4 buah rumah
secara acak, yang diantaranya berada pada RW 6 dan RW 7. Gambar berikut ini
akan menunjukan hasil perhitungan berat dan volume sampah.
Diagram
1.4 Berat Sampah Perumahan Semi Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
Diagram 1.5 Volume
Sampah Perumahan Semi Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
Dari diagram 1.4 dan 1.5 dapat diamati bahwa berat dan volume
sampah tertinggi terdapat pada hari minggu, sedangkan berat sampah terendah
terdapat pada hari rabu dan jumat sedangkan untuk volume sampah terendah
terdapat pada hari rabu.
Komposisi sampah total selama periode sampling 6 hari yang
terdapat pada kelompok ini akan dijabarkan dalam bentuk tabel 1.10 seperti
berikut:
Tabel 1.11 Total Komposisi Sampah Perumahan Semi Permanen
NO
|
Komposisi Sampah
|
Komponen
|
|
Kg
|
%
|
||
1
|
Plastik
|
1
|
0,7
|
2
|
Kertas
|
1
|
0,7
|
3
|
Organik
|
11,8
|
0,85
|
Total
|
13,8
|
2,25
|
Sumer: Hasil Olahan, 2015
Agar lebih jelas
dalam melihat dan
membandingkan proporsi tiap komposisi sampah terhadap total sampah yang
dihasilkan, maka dari tabel 1.10 diatas
selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk pie chart seperti pada gambar
berikut ini.
Diagram 1.6 Total
Komosisi Sampah Perumahan Semi Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
4.1.1.3 Perumahan Non Permanen
Jumlah Sampel yang di
ambil pada keompok ini sebayak 3 buah rumah secara acak, yang diantaranya
berada pada RW 6 dan RW 7. Gambar berikut ini akan menunjukan hasil perhitungan
berat dan volume sampah.
Diagram 1.7 Berat
Sampah Perumahan Non Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
Dapat terlihat
pada Diagram diatas,
jumlah sampah pada
hari Rabu merupakan timbulan
sampah yang paling tinggi dan jumlah sampah yang paling rendah terjadi pada
hari jumat. Adapun volume sampah pada perumahaan non permanen dapat kita lihat
pada gambar berikut:
Diagram 1.8 volume
Sampah Perumahan Non Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
Komposisi sampah total selama periode sampling 6 hari yang
terdapat pada kelompok ini akan dijabarkan dalam bentuk tabel 1.11 seperti
berikut:
Tabel 1.12 Total Komposisi Sampah Perumahan Semi Permanen
NO
|
Komposisi Sampah
|
Komponen
|
|
Kg
|
%
|
||
1
|
Plastik
|
1,5
|
0,13
|
2
|
Kertas
|
0,8
|
0,07
|
3
|
Organik
|
8,9
|
0,79
|
Total
|
11,2
|
0,99
|
Sumer: Hasil Olahan, 2015
Agar lebih jelas
dalam melihat dan
membandingkan proporsi tiap komposisi sampah terhadap total sampah yang
dihasilkan, maka dari tabel 1.11 diatas
selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk pie chart seperti pada gambar
berikut ini.
Diagram 1.9 Total
Komposisi Sampah Perumahan Non Permanen
(Hasil Olahan, 2015)
4.1.2 Data
Penduduk Responden
Pada penelitian
ini, kuesioner dijadikan
sebagai alat pendukung pengumpulan
data untuk dapat
menganalisis tingkat ekonomi,
pendidikan, pengetahuan, dan perilaku masyarakat dalam memperlakukan sampah. Agar
dapat dihubungkan bagaimana korelasi antara data kuesioner dengan data
timbulan dan komposisi sampah, maka reponden yang dipilih disesuaikan dengan
rumah sampel untuk pengukuran timbulan sampah, yaitu sebanyak 11 buah
kuesioner.
Jumlah responden pada
sampel perumahan non permanen
adalah sebanyak 3 orang,
sedangkan jumlah respoden
perumahan permanen dan
perumahan semi permanen masing-masing
sebanyak 4 orang.
Pendidikan terakhir yang
dimiliki responden dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini.
Diagram 1.10 Tingkat
Pendidikan Responden
(Hasil Olahan, 2015)
Jenis pekerjaan yang
dimiliki responden terdiri
dari tidak bekerja,
PNS, TNI, pegawai swasta, wiraswasta dan Pedagangp. Responden
dari perumahan Permanen memiliki
pekerjaan 1 orang sebagai
pegawai swasta, 1 orang
sebagai wiraswasta, 1 orang PNS, dan 1
orang lagi tidak bekerja. Selain itu, 1 orang
responden dari perumahan semi permanen berkerja sebagai
pegawai swasta, 1 orang bekerja sebagai PNS, 1 orang bekerja sebagai TNI, dan
satu orang lagi tidak bekerja. Sedangkan, responden dari
perumahan non permanen yaitu 2 orang bekerja sebagai pedagang dan 1
orang lagi bekerja sebagaai PNS. Untuk
lebih lengkapnya, berikut
ini adalah diagram
batang mengenai pekerjaan responden.
Diagram 1.11 Jenis
Pekerjaan Responden
(Hasil Olahan, 2015)
Dari sisi ekonomi, total pendapatan dari rumah sampel diwakilkan
oleh 1 responden yang akan menjawab
pertanyaan mengenai hal ini. Jumlah pendapatan dikelompokkan memiliki kisaran
per bulan kurang dari Rp 500.000, Rp 500.000-1.000.000, Rp 1.000.000-1.500.000, dan lebih dari Rp 1.500.000. Gambar berikut akan menunjukan pendapatan
responden.
Diagram 1.12 Total
Pendapatan Rumah Responden
(Hasil Olahan, 2015)
Pada kuesioner juga terdapat pertanyaan mengenai hal ini
dengan pilihan jawaban
seperti dibakar, dibuang ke
sungai, digeletakkan di
lahan kosong, ditimbun,
diangkut oleh petugas
sampah, atau dijual (untuk sampah
anorganik).
Diagram 1.12 Perlakuan
Terhadap Sampah Responden
(Hasil Olahan, 2015)
4.2
Pembahasan
4.2.1 Hubungan Timbulan Sampah Terhadap Tingkat Pendapatan
Berat dan volume sampah
dari ketiga kelompok perumahan melalui
uji statistik, ternyata tidak memiliki
perbedaan yang signifikan meskipun bila
dilihat dari data timbulannya masing-masing berbeda dan menduduki urutan
tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan
tinggi, menengah, dan rendah tidak mempengaruhi besarnya berat dan volume sampah
rumah tangga pada kelurahan Tatura Utara, Kota Palu.
4.2.2
Hubungan Komposisi Sampah Terhadap Tingkat Pendapatan
Dari hasil analisis kami bahwa pada penelitian ini tidak terdapat
korelasi antara tingkat pendapatan masyarakat terhadap komposisi sampah yang
dihasilkan. Karena dari 3 kelompok perumahan yang kami jadikan sampel tidak ada
perbedan dalam komposisi sampah yang di hasilkan tiap perumahan tersebut.
4.2.3
Hubungan Pendidikan Terhadap Pengetahuan-Sikap-Perilaku Masyarakat
Menurut Todaro (2004),
dalam mengukur keberhasilan
pembangunan tidak cukup hanya menggunakan tolok ukur ekonomi saja melainkan juga harus
didukung oleh indikator-indikator sosial (non ekonomi), antara lain seperti
tingkat melek huruf, tingkat
pendidikan, kondisi-kondisi dan
kualitas pelayanan
kesehatan, dan kecukupan
akan kebutuhan perumahan. Keberhasilan pembangunan yang
dimaksud adalah sistem
pengelolaan sampah yang
akan diterapkan kepada masyarakat.
Pada penelitian ini,
tingkat sosial yang
akan diamati adalah tingkat
pendidikan masyarakat. Tingkat
pendidikan menjadi penting karena
dapat mengubah persepsi
pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat dalam menangani
sampah. Selama masa
sekolah atau kuliah,
baik secara langsung maupun tidak langsung
telah ditanamkan pemahaman mengenai permasalahan jumlah sampah yang semakin banyak, upaya yang
dapat dilakukan untuk mengurangi
laju timbulan sampah, dan cara-cara untuk mengelola sampah yang baik.
Sebagai contoh adalah
melakukan penghematan dengan mendayagunakan barang
semaksimal mungkin dan
tidak konsumtif, serta melakukan daur ulang pada barang
yang masih dapat dimanfaatkan. Jika hal-hal tersebut dilakukan maka dapat
mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan.
Tingkat pendidikan
masyarakat pada objek studi dapat diketahui melalui kuesioner yang
telah diberikan kepada
responden yang juga
dijadikan lokasi pengambilan sampel
sampah rumah tangga
yang diteliti. Penelitian ini
juga akan menghubungkan
pendidikan yang dimiliki responden terhadap
perilaku dan kebiasaan
yang mereka lakukan
dalam menangani sampah. Perbedaan
tingkat pendidikan seseorang akan
menghasilkan pertimbangan-pertimbangan
yang berbeda pula
dalam menangani sampah. Tingkat pendidikan masyarakat menjadi perhatian untuk mengukur sejauh mana pemahaman masyarakat
berkaitan dengan pengelolaan sampah, terutama dalam hal melakukan
pemilahan sampah, dan cara
responden dalam menangani sampah dirumahnya.
Dari beberapa pilihan jawaban yang disajikan dalam kuesioner,
responden pada penelitian
ini memperlakukan sampah dirumahnya dengan
cara yang berbeda-beda. Hal ini
menyatakan bahwa permukiman di
kelurahan Tatura Utara, Kec. Palu
Selatan, Kota palu memang sebagian besar belum
dilayani oleh petugas
sampah baik berasal
dari dinas kebersihan,
pihak swasta ataupun voluntir.
Dan dari hasil wawancara kami dengan pihak kelurahan ternyata Kelurahan
Tatura Utara sama sekali belum memiliki TPS.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan
dilakukan penelitian ini,
maka dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan jenis
perumahan yang berada di
Kelurahan Tatura Utara, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu,
penduduk menghasilkan timbulan
dan komposisi sampah sebagai berikut:
a.
Penduduk di perumahan semi permanen menghasilkan
timbulan sampah sebesar 1,86 kg/orang/hari dan
menghasilkan komposisi
sampah 0,97 % per hari.
b.
Penduduk di
perumahan semi permanen menghasilkan
timbulan sampah sebesar 2,4
kg/orang/hari dan menghasilkan komposisi
yaitu 2,25% per hari.
c.
Penduduk di
perumahan non permanen
menghasilkan timbulan sampah sebesar 2,08 kg/orang/hari
dan menghasilkan komposisi sampah yaitu 0,99% per hari.
2.
Timbulan sampah di
Kelurahan Tatura Utara tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan penduduk.
3.
Tidak
terdapat hubungan antara
komposisi sampah terhadap
tingkat pendapatan penduduk.
4.
Tidak terdapat
hubungan antara tingkat
pendidikan masyarakat terhadap pengetahuan sikap dan perilaku dalam
menangani sampah.
5.2
Saran
Penelitian yang dilakukan
dengan cara sampling,
pengumpulan data instrumen
dan hasil pengamatan
langsung, telah memberikan
catatan tersendiri untuk adanya
hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh seluruh
masyarakat dan instansi terkait. Saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
agar pemerintah dapat meyediakan TPS di kel. Tatura Utara agar masyarakat dapat
membuang sampahnya di tempat yang sudah di tentukan sehingga tercipta
lingkungan yang bebas dari tumpukan sampah yang timbul dari masyaarakat itu
sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1994).
SNI 19-2454-2002 tentang
Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Badan Standardisasi Nasional.
Anonim. (1994).
SNI 19-3964-1994 tentang
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan.
Badan Standardisasi Nasional.
Anonim. (1994). SNI 19-3964-1994 tentang Spesifikasi
Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan
Sedang di Indonesia. Badan Standardisasi Nasional.
Anonim. (2008).
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun
2008
Azkha, Nizwardi,
et al., ed.
Analisis Timbulan, Komposisi
dan Karakteristik Sampah di
Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September 2006, I (1).
Azwar, Asrul.
(1990). Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
Becker, G.
(1995). The Economic Way of Looking at Behavior. Dalam R. Febrero dan
P. Schwartz. (2000).
The Essence of
Becker. Standford University,
California:
Hoover institution Press.
Bonner, Hubert.
Social Psychology, An
Interdisciplinary Approach. dalam,
Mayer, Kurt
B. (1967). Class and Society, revised edition, New York. dalam, Lely
Pingkan C. Taulu,
Gaya Hidup dan
Pemilihan Aktivitas
Cohen, Abner.
(1979). Two Dimensional
Man. London: Routledge
and Kegan Paul.
dalam Rukmini Subadio,
Strategi Untuk Mempertahankan Status dalam
Suatu Arena Interaksi,
(Skripsi sarjana FISIP
UI, Depok, 1987).
Cointreau. (1982).
Environmental Management of
Urban Solid Wastes
in Developing Countries. The World Bank.
Dainur.
(1995). Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widy Medika.
Damanhuri, E.,
Padmi, T., Azhar,
N., Meilany, L.T.
(1989). Pengkajian Laju Timbulan Sampah
di Indonesia. Pus.Lit.Bang.Pemukiman
Dept PU – LPM ITB.
Damanhuri, Enri.
(2006). Diktat kuliah
TL-3150 Pengelolaan Persampahan. Bandung: Penerbit ITB.
Darmasetiawan, Martin.
(2004). Sampah dan
Sistem Pengelolaannya. Jakarta: Ekamitra Engineering.
Departemen
Pekerjaan Umum. (2010). Pedoman Umum 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman.
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. (1988).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fassa, Ferdinand.
Identifikasi Faktor-faktor Resiko
Terhadap Kinerja Biaya Konstruksi pada
Proyek Pembangunan Perumahan
Dilihat dari Sudut Pandang Kontraktor di Wilayah
Jabodetabek.. Tesis Program Pasca Sarjana Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.
George, T.,
Hillary, T., Samuel, A. (1993). Evolution of Solid Waste Management.
Integrated Solid
Waste Management. New
York: McGraw Hill
Book Corporation. Gifford, Robert.
(1991). Environmental Psychology
Principles and Practice.
USA: Univ.
Victoria, Allyn and
Bacon Inc. dalam Rahmat Fajar
Trianto, Eksklusivisme pada
Perumahan (Studi kasus :
Beberapa Perumahan Bagi Kelompok
Elite di DKI Jakarta
dan Sekitarnya), Skripsi
Arsitektur FTUI 2004.
Rapoport, Amos. (1969).
House Form and Culture. London:
Prentice Hall Inc. dalam Rahmat
Fajar Trianto, Eksklusivisme pada Perumahan (Studi kasus : Beberapa
Perumahan Bagi Kelompok Elite di DKI Jakarta dan Sekitarnya), Skripsi
Arsitektur FTUI 2004.
Salura, Purnama.
(2001). Berarsitektur; Membuat
Menggunakan Mengalami dan
Memahami Arsitektur. Bandung: Architecture & Communication.
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
GENERATOR TIMBULAN SAMPAH DI KELURAHAN TATURA UTARA
KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU
Pengantar
Sekaitan
dengan pelaksanaan penelitian diatas, maka kami memohon kesediaan Bapak/Ibu,
Saudara/Saudari untuk menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dengan kondisi
yang sebenarnya, identitas dan jawabannya dijamin kerahasiannya. Kuesioner ini
hanya dimaksudkan untuk penyusunan tugas besar dalam rangka penyelesaian studi
semester satu di Program s1 teknik perencanaan wilayah dan kota Universitas
Tadulako kota palu.
Atas kesediaannya
saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga segala aktivitas kita bernilai ibadah
disisi-NYA, Amin !
Tanggal Survey :
………………….......................................
Enumerator :
………………….......................................
Responden :
1 Responden / KK
No. Responden :
………………….......................................
Kelurahan :
………………….......................................
Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah
satu dari alternatif jawaban yang tersedia dengan memberi tanda check (Ö), yang sesuai dengan pendapat Anda
!
A.
Identitas
Responden
1. Nama :
……………………………………………………….
2. Alamat :
……………………………………………………….
3. Umur :
……………………………………………………….
4. Tempat
dan tanggal lahir :
……………………………………………………….
5. Jenis kelamin : a. Laki-Laki b.Perempuan
6. Status
perkawinan : a. Belum Kawin b. Kawin
c. Duda/Janda
7. Pendidikan
terakhir :
……………………………………………………….
8. Pekerjaan
pokok :
……………………………………………………….
9. Pekerjaan
sampingan :
……………………………………………………….
B.
Perekonomian
1. Berapa
pendapatan utama (berasal dari pekerjaan pokok) anda per bulan?Sebutkan!
a.
Kurang dari RP. 500.000
|
|
b.
Rp.500.000 – Rp.1.000.000
c.
Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000
d.
Diatas Rp.1.500.000
|
|
Jawaban:
...........................................................................................................................
2. Bagaimana
kondisi rumah anda?
a. Permanen
b. Semi
permanen
c. Non
Permanen
Jawaban:
...........................................................................................................................
3. Apa
status lahan rumah anda?
a. Milik
pribadi
b. Menyewa
c. Menumpang
di lahan milik kerabat
d. Menumpang
di lahan pemerintah
Jawaban:
...........................................................................................................................
4. Berapa
orang yang menjadi tanggungan anda?
a. Diri
sendiri
b. 2 – 3
org
c. 4 – 5
org
d. Diatas
5 org, sebutkan ...................
Jawaban:
...........................................................................................................................
5. Berapa
pengeluaran harian anda untuk makan tiap harinya?
a. Kurang
dari Rp.10.000p
b. Rp.
10.000 – Rp. 30.000
c. Rp.
30.000 – Rp. 50.000
d. Diatas
Rp. 50.000
Jawaban:
...........................................................................................................................
8.
Berapa pengeluaran bulanan anda untuk berbelanja dalam memenuhi
kebutuhan rumah anda?
a. Rp.100.000
– Rp.200.000
b. Rp.
200.000 – Rp. 300.000
c. Rp.
300.000 – Rp. 400.000
d. Rp.400.000
– Rp.500.000
e. Diatas
Rp. 500.000
Jawaban:
...........................................................................................................................
C.
Sikap
Sosial
1.
Bagaimana anda
memperlakukan sampah di rumah anda? (boleh lebih dari 1 jawaban)
a. Dibakar
b. Dibuang ke sungai
c. Di geletakkan di lahan
kosong
d. Ditimbun
e. Diangkut oleh petugas
sampah
f. Dibuat kompos
g. Dijual (untuk
sampah anorganik)
Jika memilih
jawaban (a)-(d) lanjutkan pertanyaan ke nomor 3
Jawaban:....................................................................................................................................................................
2. Mengapa anda melakukan hal tersebut?
a. Tidak tahu harus dibuang kemana
b. Kebiasaan yang sudah lama dilakukan
c. Karena ada lahan yang biasa dijadikan tempat
sampah
d. Hal lain, sebutkan alasannya
Jika memilih jawaban (e) lanjutkan pertanyaan ke nomor 3 dan 4
Jawaban.....................................................................................................................................................................
3. Berapa kali sampah di rumah anda
diangkut dalam 1 minggu?
a.
Tidak tahu
b.
1 x
c.
2 x
d.
3 x
jawaban......................................................................................................................................................................
4. Berasal darimana pihak petugas
pengangkut sampah tersebut?
a. Tidak tahu
b. Dinas Kebersihan
c. Pihak swasta
d. Voluntir
e. Lainnya, sebutkan . . .
jawaban......................................................................................................................................................................
5. Bagaimana anda
memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari?
a. Memasak sendiri
b. Membeli makanan cepat saji
c. Makan di restoran
d. Catering
Jawaban..................................................................................................................................................................
6. Dimanakah anda
biasa berbelanja?
a. Tukang sayur
b. Pasar tradisional
c. Mini market (misal: Indomaret, Alfamart dll)
d. Supermarket (misal: Alfa midi, dll)
e. Hypermarket (misal: Giant, Carrefour,
Hypermart, Lotte mart, dll)
jawaban...................................................................................................................................................................
7. Dalam 1 bulan
berapa kali anda berbelanja? (berdasarkan jawaban no. 6)
a. Setiap hari
b. 1 x
c. 2 x
d. lainnya, sebutkan..........
Lampiran 2
1. Timbulan
sampah perumahan permanen
HARI
|
BERAT
SAAMPAH
(kg/org/hari) |
VOLUME
SAMPAH
(liter/org/hari) |
Minggu
|
1,2
|
22500
|
Senin
|
1,3
|
18750
|
Selasa
|
1,2
|
22500
|
Rabu
|
2
|
20250
|
Kamis
|
1,2
|
30000
|
Jum’at
|
4.3
|
22500
|
2. Timbulan
sampah semi permanen
HARI
|
BERAT
SAAMPAH
(kg/org/hari) |
VOLUME
SAMPAH
(liter/org/hari) |
Minggu
|
5,5
|
33750
|
Senin
|
2,4
|
12000
|
Selasa
|
2,3
|
21000
|
Rabu
|
0,3
|
75000
|
Kamis
|
4,1
|
30000
|
Jum’at
|
0,2
|
15750
|
3. Timbulan
sampah non permanen
HARI
|
BERAT
SAAMPAH
(kg/org/hari) |
VOLUME
SAMPAH
(liter/org/hari) |
Minggu
|
1,3
|
30000
|
Senin
|
2,2
|
24000
|
Selasa
|
1,3
|
6750
|
Rabu
|
5,5
|
31500
|
Kamis
|
1,4
|
25000
|
Jum’at
|
1
|
37500
|
Lampiran 3
Foto-foto Penelitian