Sabtu, 27 Februari 2016

Generator Timbulan Sampah



SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN

LAPORAN PENELITIAN GENERATOR TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DI KEL. TATURA UTARA, KEC. PALU SELATAN,
                                                  KOTA PALU                                                 






OLEH :

ANDIKA JAYA                                       F 231 15 001
KHAIRUNNISA RAMADHANI                F 231 15 002
ANDI RIZA NADZIFA                            F 231 15 003
MUHAMMAD RAZAK                          F 231 15 005
HIMARIO ANUGRAH RANTEDALA      F 231 15 016










PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Besar mata kuliah Sumber Daya Alam dan Lingkungan program studi S1 Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota. Berkat karunia dan Rahmat-Nya maka Kelompok kami dapat menyelsaikan tugas Besar ini dengan tema “Generator Timbulan Dan Komposisi Sampah Di Kel. Tatura Utara, Kec. Palu Selatan Kota Palu”.

Pada kesempatan ini kami sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian laporan ini baik berupa dukungan, do’a, semangat dan materi. Terutama kepada dosen mata kuliah Sumber daya Alam dan Lingkungan, Aziz Budianta, S.Si., MT. yang telah membimbing kami dalam perkuliahan serta teman-teman kelompok yang bersama-sama telah melakukan penelitian ini.

Kami menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurnah dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Kami berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya dan terhusus bagi para mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Tadulako.


Palu, 29 Desember 2015


Penulis







DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................... 2
BAB II STUDI PUSTAKA.................................................................................................. 3
2.1 Defenisi Sampah......................................................................................................... 3
2.2 Sumber-sumber Sampah.............................................................................................. 4
2.3 Timbulan Sampah........................................................................................................ 5
2.4 Komposisi dan Karakteristttik Sampah....................................................................... 6
2.5 Jenis-jenis Sampah....................................................................................................... 8
2.6 Manfaat Data Timbulan dan Komposisi Sampah....................................................... 12
2.7 Pembentukan Rumah dan Perumahan Oleh Masyarakaat.......................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................................... 21
3.1 Tahap Kegiatan Penelitian.......................................................................................... 21
3.2 Pendekatan Penelitian................................................................................................ 21
3.3 Variabel Penelitian..................................................................................................... 21
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................................................. 22
3.5 Pengukuran Timbulan dan Komoosisi Sampah.......................................................... 24
3.6 Instrumen Penelitian................................................................................................... 25
3.7 Data dan Analisis Data.............................................................................................. 26
3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 28
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................................... 28
4.1.1 Timbulan dan Komposisi Sampah..................................................................... 28
4.1.1.1 Perumahan Pemanen................................................................................ 28
4.1.1.2 Perumahan Semi Permanen...................................................................... 31
4.1.1.3 Perumahan Non Permanen....................................................................... 33
4.1.2 Data Penduduk Responden............................................................................... 35
4.2 Pembahasaan.............................................................................................................. 38
4.2.1 Hubungan Timbulan Sampah Terhadaap Tingkat Pendapatan......................... 38
4.2.2 Hubungan Komposisi Sampah Terhadap Tingkat Pendapatan......................... 38
4.2.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Pengetahuan-Sikap-Perilaku Masyarakat..... 39
BAB V PENUTUP............................................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan................................................................................................................. 41
5.2 Saran........................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 42
LAMPIRAN......................................................................................................................... 44



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Permasalahan  dalam   sampah   perkotaan   timbul   akibat   pengelolaan  sampah  yang  tidak   dilakukan  dengan  baik   terutama  di  kota-kota   besar  di Indonesia.  Pramono (2003)  mengatakan  bahwa sistem pengumpulan  yang  tidak  tuntas,   kurangnya   alat   angkut   sampah   dan   terbatasnya   kapasitas   Tempat Pembuangan Akhir  sampah  (TPA) menjadi  permasalahan  yang  khas  mencakup aspek  teknis,  sosial dan  budaya.  Pengetahuan dan kepedulian  masyarakat  untuk  memilah sampah sangat  rendah karena  pola  kebiasaan  dan perilaku  masyarakat  yang  terbiasa  membuang  sampah  tanpa  memperhatikan  komposisi dari sampah  tersebut. Kondisi sampah yang tercampur ini sangat menyulitkan bagi pemerintah  dan dinas kebersihan dalam melakukan proses daur  ulang.  Banyak  material yang  seharusnya dapat didaur ulang tetapi pada akhirnya hanya ditimbun di TPA.
Komposisi sampah dapat ditentukan dari tingkat ekonomi masyarakat itu sendiri. Darmasetiawan (2004) mengatakan bahwa pada umumnya negara-negara berkembang memiliki karakteristik sampah dengan komposisi organik  yang  lebih  tinggi dibandingkan dari negara dengan tingkat perekonomian yang  lebih maju.  Penelitian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  apakah  tingkat  ekonomi  penduduk dapat mempengaruhi timbulan dan komposisi sampah yang  dihasilkan dan juga untuk  mengetahui  faktor apa saja  yang  dapat mempengaruhinya.  Dalam hal ini, tingkat ekonomi dapat ditunjukkan dari tingkat pendapatan seseorang, dan tingkat  pendapatan  seseorang   dapat  ditentukan  dari  jenis  permukiman  dan  kondisi rumahnya.   Perbedaan   tingkat   pendapatan   menentukan   jenis   rumah   dan  pemukiman yang  akan dihuni. Menurut  Sumardi dkk.  (1982), ada korelasi antara  kualitas  permukiman  dengan  kemampuan  membangun  (yang  berkaitan  dengan tingkat pendapatan). Semakin tinggi tingkat pendapatan, kemampuan membangun  kualitas permukiman akan semakin baik, demikian sebaliknya.

1.2  Rumusan Masalah

  Penduduk suatu  kota yang  sangat beragam dilihat dari tingkat ekonomi dan sosial beserta pengetahuan sikap  dan perilaku  yang  dimiliki masyarakat, menyebabkan perlu  dilakukannya penelitian  ini untuk  mengetahui faktor-faktor  apa saja  yang dapat mempengaruhi timbulan sampah. Rumusan masalah yang  timbul dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana   timbulan   dan  komposisi   sampah   pada  permukiman  di Kelurahan Tatura Utara?
2.      Apakah  terdapat  hubungan  antara  timbulan  sampah  yang  dihasilkan dengan tingkat pendapatan penduduk?
3.      Apakah  terdapat  hubungan  antara  komposisi  sampah  yang  dihasilkan dengan tingkat pendapatan penduduk?
4.      Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan penduduk  terhadap pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat?

1.3  Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yakni sebagai berikut:
1.      Mengetahui  timbulan  dan  komposisi  sampah  pada  permukiman  di Kelurahan Tatura Utara.
2.      Mengetahui   hubungan   antara   timbulan   sampah   terhadap   tingkat pendapatan penduduk.
3.      Mengetahui   hubungan   antara   komposisi   sampah   terhadap   tingkat pendapatan penduduk.
4.      Mengetahui  hubungan  antara  tingkat  pendidikan  penduduk  terhadap pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat.

1.4  Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.    Data mengenai timbulan dan komposisi sampah dapat digunakan dalam sistem  manajemen   sampah   khususnya   pada  penentuan   pewadahan,  pengaturan  pola  pengumpulan,   dan  membuat   program  daur  ulang sampah.


BAB II
  STUDI KEPUSTAKAAN

2.1  Defenisi Sampah

Sampah  adalah  bagian  dari  sesuatu  yang  tidak  dapat  dipakai,  tidak  disenangi atau  sesuatu  yang  harus dibuang,  pada umumnya berasal dari kegiatan  yang   dilakukan  oleh   manusia,   termasuk   kegiatan   industri  (Azwar,   1990).  Sementara Hadiwiyoto  (1983) menyatakan bahwa  sampah adalah sisa-sisa bahan  yang telah mengalami perlakuan, baik  karena telah diambil bagian utamanya atau  karena pengolahan,  dan sudah tidak  bermanfaat, sedangkan bila ditinjau  dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestariannya.
Menurut   UU  Nomor   18   tahun  2008   tentang  pengelolaan  sampah,  mengatakan  bahwa  sampah  adalah  sisa  kegiatan  sehari-hari  manusia  dan/atau proses alam yang  berbentuk  padat. Sampah spesifik  adalah sampah yang  karena  sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Pengertian  sampah  juga  didefinisikan  oleh  organisasi  di  dunia  seperti American  Public  Health  Association  (APHA),  yaitu  sesuatu  yang  tidak  dapat digunakan,  dibuang,  yang  berasal dari kegiatan atau  aktifitas manusia. Sedangkan  menurut World  Health  Organization  (WHO), sampah adalah sesuatu  yang  tidak  digunakan,  tidak  dipakai,  tidak  disenangi atau  sesuatu yang  dibuang  berasal dari kegiatan  manusia  dan  tidak  terjadi  dengan sendirinya.  Banyak  sampah  organik  masih   mungkin   digunakan   kembali/   pendaurulangan   (re-using),   walaupun  akhirnya  akan  tetap  merupakan  bahan/  material  yang  tidak  dapat  digunakan  kembali (Dainur, 1995).
Dalam  Ilmu  Kesehatan  Lingkungan,  sampah  merupakan  sebagian  dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak disenangi atau dibuang,  sisa aktifitas  kelangsungan  hidup  manusia.  Pengertian  ini  hampir  sama  dengan yang didefinisikan  Darmasetiawan (2004),  yaitu  sampah  merupakan  produk samping  dari  aktivitas  manusia  sehari-hari,  sampah  ini  apabila  tidak  dikelola dengan baik akan mengakibatkan tumpukan sampah yang semakin banyak.
Menurut  SNI   19-2454-2002  tentang  Tata  Cara  Teknik   Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, pengertian sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik  yang dianggap tidak  berguna  lagi  dan  harus  dikelola  agar  tidak   membahayakan  lingkungan  dan  melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.
Dari pengertian sampah yang telah disebutkan sebelumnya, sampah yang akan diteliti pada penelitian ini merupakan hasil aktivitas manusia berupa benda-benda yang  sudah tidak  digunakan dan dibuang  ke tempat  sampah,  baik  sampah organik maupun sampah anorganik.

2.2  Sumber-Sumber Sampah

Sampah dapat  dihasilkan dari berbagai sumber yang  memiliki aktivitas  yang berbeda-beda. Menurut Tchobanoglous et.al. (1993), sumber sampah dalam suatu  komunitas secara  umum dihubungkan terhadap tata guna lahan dan zonasi, yaitu dengan kategori sumber sampah yang berasal dari:
A.    Perumahan
B.     Komersial
C.     Institusional
D.    Konstruksi dan pembongkaran (demolition)
E.     Fasilitas umum perkotaan
F.      Lokasi instalasi pengolahan
G.    Industri
H.    Pertanian

Sampah yang  berasal dari daerah perumahan atau  sampah rumah tangga menjadi  fokus  pada  penelitian  ini.  Sampah   di  suatu   perumahan  biasanya dihasilkan  oleh  satu  keluarga  atau  lebih  yang  terdiri  dari  beberapa  orang.  Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan  atau  sampah  basah  (garbage),  sampah  kering  (rubbish),  perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun (Dainur, 1995).
Sumber  sampah  di  daerah  perumahan  menurut  Darmasetiawan  (2004),  dibagi atas :
A.    Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income, HI)
B.     Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income, MI)
C.   Perumahan  masyarakat  berpenghasilan  rendah/  daerah  kumuh 
Ketiga  jenis  perumahan  tersebut  dapat  diidentifikasi  berdasarkan:  (1) jenis  daerahnya  teratur  atau  tidak;  (2)  kelas  jalan  yang  dapat  terdiri  dari  jalan protokol,  kolektor,  atau  gang  dan  bantaran  sungai;  (3)  klasifikasi  tipe  rumah,  rumah  tipe  100  keatas  pada  umumnya  dihuni  oleh  masyarakat  berpenghasilan tinggi,  tipe 54-100  umumnya  dihuni oleh masyarakat  berpenghasilan menengah dan  tipe 36 ke bawah dihuni   oleh masyarakat berpenghasilan rendah (Darmasetiawan, 2004).
Pada  penelitian  ini,  penentuan  lokasi  sampling  dilakukan  berdasarkan  tingkat ekonomi penduduk  di Kelurahan Tatura Utara, yang dapat dilihat dari jenis perumahan  yang  ada.  Sesuai  dengan  kondisi  lapangan,  jenis  perumahan  yang dipilih untuk  mewakili masyarakat  yaitu perumahan permanen, semi permanen, dan non permanen.

2.3  Timbulan Sampah

Timbulan  sampah  adalah sejumlah  sampah  yang  dihasilkan  oleh  suatu aktifitas  dalam  kurun  waktu tertentu,  atau dengan  kata  lain  banyaknya  sampah yang  dihasilkan  dalam  satuan  berat  (kilogram)  gravimetri  atau  volume  (liter) volumetri (Tchobanoglous  et.  al.,  1993).  Menurut  Damanhuri (2004),  prakiraan timbulan   sampah   baik   untuk   saat   sekarang   maupun di masa mendatang merupakan   dasar   dari   perencanaan,   perancangan,   dan   pengkajian sistem pengelolaan  persampahan.  Satuan  timbulan  sampah  ini  biasanya  dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang  atau per unit  bangunan,  misalnya adalah satuan timbulan sampah dalam (Damanhuri, 2004):
A.    Satuan berat    : kilogram per orang perhari (kg/orang/hari)
B.     Satuan volume : liter per orang perhari (liter/orang/hari)
Besarnya timbulan sampah secara nyata  diperoleh  dari hasil pengukuran langsung  di  lapangan  terhadap  sampah  dari  berbagai  sumber  melalui  sampling yang representatif. Tata cara ketentuan sampling terdapat pada SNI 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Menurut  SNI  19-3983-1995  mengenai  Spesifikasi  Timbulan  Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, bila data pengamatan lapangan belum tersedia,  maka  untuk  menghitung  besaran  timbulan  sampah  perkotaan  dapat digunakan  nilai  timbulan  sampah  berdasarkan  klasifikasi  kota,  yaitu  sebagai berikut:
Table 1.1 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

No
Satuan

Volume (Liter/orang/hari)

Berat (kg/orang/hari)
Klasifikasi Kota
1
Kota sedang
2,75 - 3,25
0,70 – 0,80
2
Kota kecil
2,5 - 2,75
0,625 – 0,70
Sumber: SNI 19-3964-1994

2.4  Komposisi dan Karakteristk Sampah

Damanhuri  (2010)  menyatakan  bahwa  sampah  dapat  dikelompokkan berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet,  plastik,  logam, kaca, kain,  makanan,  dan  lain-lain.  Komposisi  sampah  tersebut  digolongkan  oleh Tchobanoglous  et.  al.  (1993)  sehingga  masuk  ke  dalam  2  komponen  utama sampah yang terdiri dari:
1.      Organik
a.       Sisa makana                                                           e. Karet
b.      Kertas                                                                    f. Kain
c.       Karbon                                                                   g. Kulit
d.      Plastik                                                                    h. Kayu
2.      Anorganik
a.       Kaca                                                                       d. logam
b.      Aluminium                                                             e. Abu dan debu
c.       Kaleng
Suarna  (2008)  menyebutkan  penggolongan  sampah  berdasarkan  sifat fisik  dan kimianya menjadi: 1) sampah ada yang  mudah  membusuk  terdiri atas sampah organik  seperti sisa sayuran,  sisa daging,  daun dan lain-lain; 2) sampah yang  tidak  mudah  membusuk  seperti  plastik,  kertas,  karet,  logam,  sisa  bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah  yang  berupa  debu/abu;  dan 4) sampah yang berbahaya (B3)  bagi  kesehatan,  seperti sampah berasal dari  industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.
Selain komposisi sampah,  Damanhuri (2010) menyebutkan karakteristik lain yang  biasa ditampilkan dalam penanganan sampah yaitu  karakteristik  fisika dan kimia sebagai berikut:
1.      Karakteristik  fisika: yang  paling penting adalah densitas, kadar air,  kadar  volatile, kadar abu, nilai kalor, dan distribusi ukuran.
2.      Karakteristik  kimia:  khususnya  yang  menggambarkan  susunan  kimia sampah yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dan sebagainya.

Data mengenai karakteristik  kimia sampah dapat dilakukan dengan cara analisa  di  laboratorium.  Data  ini  erat  kaitannya  dengan  komposisi  fisiknya, apabila komposisi organik  tinggi, nilai kalornya rendah, kadar abunya rendah dan berat  jenisnya  tinggi.  Data  ini penting  dalam  menentukan  pertimbangan  dalam memilih  alternatif  pengolahan  sampah  dengan  cara  pembakaran  (incinerator). Sebagai contoh sampah yang memiliki kadar air tinggi (> 55%), nilai kalor rendah (<  1300  kcal/kg),  berat  jenis  tinggi  (>  200  kg/m3)  tidak  layak  untuk  dibakar dengan insinerator (Darmasetiawan, 2004).
Sebagai  gambaran  mengenai  karakteristik  sampah  di  Indonesia,  akan diperlihatkan pada tabel berikut :
Table 1.2 Karakteristik Sampah di Indonesia
No
Karakteristik
Indonesiaa
1
Kadar air
60%
2
Nilai kalor
1272,22 kcal/kg
3
Kadar abu
10,59%
4
Berat jenis
250 kg/m
Sumber : BPPT (1991)

Karakteristik   sampah  sangat  bervariasi  bergantung   pada  komponen-komponen   sampahnya.   Sebagai   contoh,   sampah   bahan   organik   memiliki karakteristik  tertentu  yang  terkandung  didalamnya.  Komponen  dan  komposisi sampah kota dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Table 1.3 Komponen dan Komposisi Bahan Organik Sampaah Kota
Bahan Organik
Komposisi
Serat kasar (%)
4,1-6,0
Lemak (%)
3,0-9,0
Abu (%)
4,0-20,0
Air (%)
30,0-60,0
Amonium (mg/g sampah)
0,5-1,14
N organik (mg/g sampah)
4,8-14,0
Total nitrogen (mg/g sampah)
4,0-17,0
Protein (mg/g sampah)
3,1-9,3
Keasaman (pH)
5,0-8,0
Sumber: Hadiwiyoto (1983)

2.5    Jenis-jenis Sampah

Menurut  Spilsbury (2010) terdapat dua jenis limbah yang  utama,  yaitu: biodegradable dan nonbiodegradable. Limbah yang terbuat dari material alamiah, seperti  limbah  makanan,  adalah  biodegradable.  Artinya  bahwa  jenis  tersebut dapat   hancur   oleh   hujan   dan   hewan,   misalnya   cacing.   Selain   itu   bahan biodegradable  dapat  dicerna  oleh  bakteri  dan  jamur  misalnya,  hingga  berubah bentuk  menjadi  tanah.  Kebanyakan limbah  yang  orang  hasilkan saat  ini adalah nonbiodegradable.  Benda  tersebut terbuat  dari material  sintetik  yang  memakan waktu lebih lama untuk membusuk.
Dainur (1995) menyebutkan bahwa jenis-jenis sampah dapat digolongkan antara lain:
1.   Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya
a.   Organik, misal sisa makanan, kertas, plastik.
b.   Anorganik, misal logam, kaca, abu.
2.   Berdasarkan mudah atau tidaknya terbakar
a.   Mudah terbakar, misalnya kertas, plastik, daun, sisa makanan
b.   Tidak dapat terbakar, misalnya logam, kaca, abu.
3.   Berdasarkan dapat atau tidak mudahnya membusuk
a.   Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, daun-daunan.
b.   Tidak mudah membusuk, misalnya plastik, kaleng, kaca, logam.
4.   Berdasarkan kadar airnya
a.   Sampah basah, misalnya sisa makanan, daun, dan buah
b.   Sampah kering, misalnya kertas, plastik dan kayu
5.   Berdasarkan bentuknya
a.   Bulat, panjang tak beraturan
6.   Berdasarkan volume sampahnya
a.   Sampah ukuran besar, misalnya bangkai kendaraan
b.   Sampah ukuran kecil, misalnya debu, abu

Karakteristik sampah menurut Anonim (1986) terdiri atas
1.      Garbage  (sampah  basah);  yaitu  sampah  yang  susunannya  terdiri  dari bahan   organik,   dan   yang   mempunyai  sifat   cepat   membusuk   jika dibiarkan   dalam   keadaan   basah   serta   temperatur   optimum   yang diperlukan  untuk  membusuk,  yaitu  (20-30)o.  Contoh:  sampah  rumah tangga, sampah rumah makan, dll.
2.      Rubbish  (sampah  kering);  yaitu  sampah  yang  susunannya  terdiri  dari bahan organik  dan anorganik  yang  mempunyai sifat  sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk. Contoh:
A.    Sampah logam yaitu misalnya kaleng, seng, dll.
B.     Sampah non-logam:
a)      Yang terbakar: kertas, plastik, kayu.
b)      Yang tidak terbakar: pecahan kaca, dll.
3.      Dust & Ash (debu dan abu); yaitu sampah yang terdiri dari bahan organik dan anorganik,  yang  merupakan  partikel-partikel  terkecil  yang  bersifat mudah beterbangan. Contoh:
A.    Abu: hasil pembakaran (proses kimia)
B.     Debu: hasil proses mekanis
4.      Demolition  &  Construction  Wastes;  yaitu  sampah  sisa-sisa  bangunan, misalnya: puing-puing, pecahan-pecahan tembok, genteng, dll.
5.      Bulky Wastes; yaitu sampah barang-barang bekas, baik yang  masih dapat digunakan  atau  yang  tidak  dapat  digunakan.  Contoh:  lemari  es  bekas, kursi, TV, mobil rongsokan, dll.
6.      Hazardous Wastes; yaitu  sampah yang  berbahaya (B3: bahan berbahaya dan beracun). Contoh:
A.    Pathogen: rumah sakit, laboratorium klinis
B.     Beracun: kertas pembungkus pestisida
C.     Mudah meledak: mesiu
D.    Radio aktif: sampah nuklir
7.      Water & Waste Water Treatment Plant; yaitu  sampah yang  berupa hasil sampingan pengolahan air bersih maupun air kotor, biasanya berupa gas atau lumpur.
8.      Street   Sweeping   (Sampah   Jalanan);   sampah    yang    berasal   dari pembersihan  jalan  dan  trotoar  baik  dengan  tenaga  manusia  maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan, dll
9.      Dead  Animal  (Bangkai  Binatang);  yaitu  bangkai-bangkai  yang  mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.
10.  Abandonded   Vehicles   (Bangkai   Kendaraan);   yaitu   bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api.
11.    Sampah  Industri;  terdiri  dari  sampah  padat  yang  berasal  dari  industri-industri pengolahan hasil bumi. Contoh: indistri kelapa sawit, dll.
Sumber lain menyebutkan mengenai karakteristik  sampah yang  disajikan dalam bentuk:
Table 1.4 Sampah Menurut Jenis, Sifat dan Sumbernya
No
Jenis
Sifat
Sumber
1
Sampah basah
·  Sampah dari hasil
penyiapan dan
pemasakan makanan
·  Sampah pasar
·  Sampah hasil
penanganan,
penyimpanan dan
penjualan produk

Rumah tangga,
rumah makan,
institusi, toko dan
pasar

2
Sampah kering
·  Mudah terbakar
(combustible) seperti:
kertas, karton, dsb
·  Tidak mudah terbakar
(non combustible)
seperti: logam, kaleng,kawat, gelas, dsb
Rumah tangga,
rumah makan,
institusi, toko dan
pasar

3
Abu/ debu

Residu hasil pembakaran
baik pada proses
pemasakan dan pemanasan
dari proses insenarasi.

Rumah tangga,
rumah makan,
institusi, toko dan
pasar

4
Buangan dari jalan raya
Debu, daun-daunan


Jalan raya dan trotoar
5
Bangkai binatang
Kucing, anjing, kerbau, dan
lain-lain
Jalan raya,
permukiman, RPH
6
Sampah industri
Buangan dari pengolahan
makanan, scrap, metal
scrap, dan lain-lain
Pabrik dan
pembangkit listrik

7
Buangan sisa konstruksi
Sisa-sisa pipa dan material
konstruksi bangunan
Pembangunan dan
perbaikan gedung

8
Buangan khusus
Buangan B3 (padat, cair,
debu, gas) yang bersifat
mudah meledak, patogen,
radioaktif, dan lain-lain.
Rumah tangga,
hotel, RS, took dan
industri

9
Residu hasil
pengolahan limbah
Padatan residu dari
screening dan grid chamber
(penangkap pasir), lumpur
dari septic tank
Instalasi
pengolahan air
limbah dan septic
tank
Sumber: Model Pengelolaan Persampahan Perkotaan BPPT, 2000

2.6    Manfaat Data Timbulan dan Komposisi Sampah

A.       Manfaat Data Timbulan Sampah

Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah sampah yang harus dikelola. Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah  merupakan langkah awal yang  dilakukan dalam pengelolan persampahan (Tchobanoglous etal., 1993).
Selain itu, tujuan diketahuinya timbulan sampah adalah sebagai perkiraan timbulan sampah yang  dihasilkan untuk  masa sekarang  maupun pada masa yang akan datang yang berguna untuk (Tchobanoglous et al., 1993):
Dasar dari perencanaan dan perancangan sistem pengelolaan sampah.
1.      Menentukan jumlah sampah yang harus dikelola.
2.      Perencanaan   sistem   pengumpulan   (penentuan   macam   dan   jumlah kendaraan yang  dipilih,  jumlah pekerjaan yang  dibutuhkan,  jumlah dan bentuk TPS yang diperlukan).
 Manfaat   mengetahui   timbulan   sampah   adalah   untuk   menunjang penyusunan sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah, data yang  tersedia dapat  digunakan  sebagai  bahan  penyusun  solusi  alternatif  sistem  pengelolaan  sampah yang  efisien dan efektif. Selain itu  informasi mengenai timbulan sampah yang  diketahui akan berguna untuk menganalisis hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain untuk (Damanhuri dkk., 1989):
1.      Pemilihan peralatan
2.      Perencanaan rute pengangkutan
3.      Fasilitas untuk daur ulang
4.      Luas dan jenis TPA.

B.       Manfaat Data Komposisi Sampah

Komposisi   sampah   merupakan   penggambaran   dari   masing-masing komponen  yang   terdapat  dalam  buangan  padat  dan  distribusinya.   Biasanya dinyatakan  dalam  persen   berat  (%).   Informasi  tentang   komposisi  sampah dibutuhkan untuk  penentuan luas areal tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan pengolahan sampah secara biologi seperti pengolahan composting. Komposisi sampah dibagi kedalam kategori sampah yang  terdekomposisi (Pd) dan sampah yang tidak terdekomposisi (Pnd) (Azkha dkk., 2006).
Beberapa  penelitian  dilakukan  untuk   menemukan  kenyataan  bahwa  komposisi sampah perkotaan menjadi sangat  penting  dalam strategi pengelolaan sampah. Menurut Damanhuri (1989), dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan  cara  pengolahan  yang  tepat  dan  yang  paling  efisien  sehingga  dapat diterapkan  proses  pengolahannya.  Ditambah  lagi,   menurut  Pramono  (2004) komposisi menjadi dasar untuk  strategi pengolahan sampah dengan sistem daur ulang dan pengomposan. Sampah organik dapat langsung ke tempat pengomposan dan  sampah  non  organik  langsung  ke  tempat  dilakukan  daur  ulang.  Menurut Pramono pula,  terdapat kecendrungan pola perubahan komposisi sampah karena komposisi  sampah  mengalami  perubahan  setiap  tahunnya.  Perubahan  tersebut  diakibatkan   adanya   pola   hidup   masyarakat,   pertumbuhan   ekonomi,   dan sebagainya.  Perubahan  komposisi  sampah  tersebut  juga  memberikan  dampak terhadap  strategi  pengelolaan  sampah  perkotaan.  Misalnya  untuk   komposisi sampah  perkotaan  yang   didominasi  oleh  sampah  organik,  pola  pengelolaan sampah haruslah berdasarkan sistem pengomposan, tetapi jika sampah mengalami perubahan komposisi dari sampah organik ke jenis material sampah kertas. Maka sistem  pengelolaan  sampah  harus  berubah  dari  sistem  pengomposan  ke  sistem daur ulang  kertas.  Jadi dapat disimpulkan sistem  pengelolaan sampah perkotaan tidak bersifat tetap, tetapi berdasarkan komposisi sampah perkotaan yang dimiliki (Pramono, 2004).
Menurut  Darmasetiawan  (2004),  komposisi  sampah  dapat  digunakan sebagai bahan  pertimbangan  untuk  menentukan  pilihan  kelayakan  pengolahan sampah  khususnya  daur   ulang   dan  pembuatan  kompos   serta  kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi alternatif.
                                                                                                                
2.7    Pembentukan Rumah dan Perumahan oleh Masyarakat

Sumber  sampah  di  daerah  perumahan  menurut  Darmasetiawan  (2004) dapat  diklasifikasikan  menjadi  perumahan  masyarakat  berpenghasilan  tinggi, menengah,  dan rendah.  Selain itu,  perumahan dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi  fisiknya,  lokasi,  tipe  rumah,  dan  jenis kawasannya  apakah  teratur  atau tidak. Oleh karena itu,  pada subbab ini akan dijabarkan  mengenai definisi rumah dan  klasifikasinya  mengapa  kategori  perumahan  dapat  mencerminkan  kondisiekonomi  masyarakat  dan  juga  sosial-budaya.  Hal  ini  berkaitan  dengan  prosespemilihan   lokasi  objek   studi   penelitian  selanjutnya,   yang   memiliki   fokus penelitian kepada sampah rumah tangga.
A.    Pengertian dan Jenis-jenis Perumahan di Indonesia
Pengertian rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) adalah bangunan untuk  tempat  tinggal.  Dalam  Oxford  Advanced  Learner’s  Dictionary (1992), kata house (rumah) berarti a building made for people to live in, usual forone  family  or  for  a  family  and  lodgers.  Sedangkan  rumah  sebagai  bangunan menurut  Keputusan  Menteri  Pekerjaan   Umum  No.   20/KPTS/1986  tentangPedoman   Teknik    Pembangunan   Perumahan    Sederhana   Tidak  Bersusun, mempunyai  pengertian  sebagai  bangunan  yang  direncanakan  dan  digunakan sebagai  tempat  tinggal  oleh  satu  keluarga  atau  lebih.  Lain  halnya  mengenai pengertian  perumahan,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  (1988)  mendefinisikan perumahan adalah kumpulan beberapa buah rumah. Perumahan juga didefinisikan sebagai  rumah-rumah  tempat  tinggal  atau  sekelompok   rumah-rumah  dengan sarana dan prasarana lingkungannya atau  fasilitas sosialnya (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.  20/KPTS/1986). Jadi dapat disimpulkan bahwa perumahan terdiri   dari   kumpulan   rumah-rumah,   prasarana   dan   sarana   lingkungannya. Menurut   Departemen   Pekerjaan   Umum   (1983),   yang   termasuk   prasarana lingkungan adalah jalan, saluran air minum,  saluran air limbah,  saluran air hujan, pembuangan  sampah  dan  jaringan  listrik.  Sedangkan  sarana  lingkungan  adalah kelengkapan   lingkungan   yang   berupa   fasilitas-fasilitas   seperti   pendidikan, kesehatan,   perbelanjaan   dan   niaga,   pemerintahan   dan   pelayanan   umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka.
Menurut Salura (2001), rumah, secara umum mewakili 3 hal:
1.      Rumah sebagai wadah untuk menampung aktivitas
2.      Rumah sebagai komponen pembentuk lingkungan, dan sebaliknya.
3.      Rumah sebagai properti, aset.
Jika   dilihat   lebih   jauh,   perumahan   merupakan   bagian   dari   suatu perkotaan.   Perkembangan   perumahan   itu   sendiri,   merupakan   bagian   dariperkembangan    perkotaan    secara    keseluruhan    yang    dipengaruhi    oleh perkembangan berbagai faktor seperti ekonomi,  sosial budaya,  politik,  teknologi dan keadaan alam.  Di Indonesia perumahan di perkotaan secara garis besar dapatdibagi dalam 3 kelompok, yaitu (Yudohusodo, 1991):
1)      Perumahan  Teratur,  yaitu  yang  direncanakan  dengan  baik  dan  teratur, mempunyai  prasarana,   utilitas  dan   fasilitas  yang   baik.   Merupakan perumahan yang  dibangun melalui sector formal yang  melibatkan pihak pemerintah maupun pihak swasta.
2)      Perumahan  Tidak  Teratur,  yaitu  perumahan  yang  berkembang  tanpa direncanakan  terlebih  dahulu.  Polanya  tidak  teratur  dimana  prasarana, utilitas  dan  fasilitasnya  tidak  mencukupi  atau  memenuhi  syarat  baik jumlah maupun kualitasnya. Perumahan jenis ini dibangun melalui sector informal.
3)      Perumahan  Setengah  Teratur,  yaitu  perumahan  yang  tidak  sepenuhnya direncanakan dengan baik.
Perumahan teratur dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beberapa jenis, pertama, perumahan  yang  dibangun pada  jaman penjajahan Belanda,  yang  pada masanya diperuntukan bagi tempat tinggal penduduk  bangsa Belanda. Perumahan seperti ini berkualitas tinggi.  Rumahnya besar-besar dan halamannya luas, sistem drainasenya  baik,   memiliki  taman  yang   luas  serta  sarana  olahraga.  Kedua, perumahan  yang  dibangun  setelah  masa  kemerdekaan,  dibangun  untuk  para pegawai negeri atau  pegawai perusahaan-perusahaan besar. Rumahnya dibangun dengan berbagai tipe mulai dari tipe kecil untuk  para pegawai rendahan sampai tipe  besar  untuk  para  pejabat  tinggi.  Dilingkungannya  telah  disediakan  lahan untuk  membangun  berbagai  utilitas.  Ketiga,  perumahan  mewah  yang  dibangun para pengusaha swasta,  dibangun  di kota-kota  besar dimulai sejak  tahun  60-an. Keadaannya mirip  dengan perumahan yang  dibangun untuk  orang-orang Belanda dahulu,  namun  dengan  desain  arsitektur  yang  berbeda.  Keempat,  perumahan sederhana,  yang  merupakan  rumah-rumah  dengan tipe  luas  bangunan  kecil dan sederhana untuk  masyarakat  berpenghasilan rendah. Kelima,  rumah susun,  yang semula dibangun oleh pemerintah sebagai perumahan pegawai.  Pada awal tahun 80-an   dibangun    rumah   susun    untuk    melayani   kebutuhan    masyarakat berpenghasilan  rendah  oleh  Perum  Perumnas.  Kemudian  muncul  pula  rumah susun sederhana yang  dibangun dalam rangka peremajaan lingkungan kumuh dan pengadaan  rumah  sewa  sederhana.  Sedangkan  untuk  perumahan  tidak  teratur dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu tipe kampong  dan tipe perumahan liar. Perbedaan utamanya adalah status pembangunan rumahnya.

B.     Faktor Sosial Budaya Dalam Pembentukan Hunian

 Sebuah rumah terbentuk  lebih dari sekedar  tanggapan atas suatu kondisi fisik  lingkungan.  Ada  hal-hal  selain  tuntutan  material  secara  tidak  langsung terlihat atau tidak  disadari oleh manusia dalam membentuk  konsep  rumah,  seperti kepercayaan,  adat  istiadat,  gaya  hidup,  dan  penggunaan  simbol-simbol  tertentu (Oliver, 1977).
Newmark & Tompson (1977) menyatakan bahwa faktor  sosial, budaya, ritual, dan ekonomi juga turut mempengaruhi proses pemilihan tapak  dan proses terbentuknya  sebuah  shelter.   Oliver  (1987)  mengklasifikasikan  faktor-faktor utama yang  membuat konsep rumah menjadi berbeda, yaitu faktor lingkungan dan kebudayaan.
Rapoport  (1969)  juga  menambahkan  bahwa  faktor-faktor  utama  yang membuat konsep rumah menjadi berbeda (faktor pembentuk hunian) adalah faktor fisik  dan  sosial.  Faktor  fisik  terdiri  atas:  pertama,  iklim  dan  adanya  kebutuhan sebuah  naungan,  dimana  setiap  daerah  memiliki  karakter  iklim  yang  berbeda sehingga  menghasilkan  bentuk  naungan  yang  berbeda-beda  pula;  kedua,  bahan bangunan,  dimana  dulu  manusia  hanya  menggunakan  bahan  bangunan  yang tersedia  disekitarnya  tetapi  sekarang  telah  berkembang  karena  manusia  ingin membuat  sesuatu  yang  baru  dengan  bahan  yang  baru  pula;  dan  ketiga,  tapak, dimana manusia yang  mendiaminya dapat merasakan spirit of the place dari tapak tersebut.   Sementara   faktor   sosial   terdiri   atas:   pertama,   ekonomi,   yang menyebabkan   manusia   membangun   rumahnya   sesuai   dengan   kemampuan ekonomi  disamping  ingin  mendapatkan  prestise  tertentu;  kedua,  kepercayaan, dimana kepercayaan memberi dampak pada bentuk hubungan spasial dan orientasi rumah;  ketiga,  pertahanan,  dimana  manusia  cenderung  menggunakan  elemen-elemen yang memiliki sifat pertahanan.
Selanjutnya,  Rapoport  (1969)  juga  mengatakan  bahwa  faktor  penentu (primary   factors)   dalam   pembentukan   pola   hunian   adalah   sosial   budaya masyarakatnya,  sedangkan  faktor  lain  seperti  kondisi  iklim,  material,  metode konstruksi dan  teknologi seperti yang  telah  disebutkan diatas  merupakan  faktor modifikasi (modifying factors). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Oliver (1987) yang  lain  bahwa  kebudayaan  merupakan  faktor  yang  paling  penting  dalam menentukan konsep  rumah karena jika kebudayaan berubah,  konsep  rumah akan diadaptasikan  terhadap  gaya  hidup  yang  ada,  sehingga  konsep  rumah  sangat dipengaruhi oleh gaya hidup manusianya.
Konon, rumah adalah tempat berlindung yang aman dari cuaca yang silih berganti  dan dari  manusia  atau  hewan  yang  dianggap  sebagai  musuh.  Menurut Rapoport (1969), sekarang  rumah bukan hanya sebagai tempat wadah berlindung atau sebuah struktur, tetapi lebih merupakan sebuah wadah yang diciptakan untuk maksud  dan  tujuan  yang  kompleks  dan  dipengaruhi  oleh  budaya  lingkungan setempat. Selain kedua teori mengenai faktor-faktor sosial (aspek  non fisik)  yang mempengaruhi  pembentukan  pola  hunian  di  atas,  Gifford  (1991),  mengatakan bahwa  ada 2  aspek  yang  dapat  mempengaruhi pembentukan sebuah  lingkungan buatan,  yaitu   aspek   fisik:  pengaruh  lingkungan  fisik,  dan  aspek   non  fisik: pengaruh pribadi dan pengaruh kultur.
Dari literatur  diatas,  dapat diambil kesimpulan  bahwa aspek  sosial dan  budaya  merupakan  elemen  paling  penting  dalam  pembentukan  konsep  rumah. Elemen tersebut didasarkan pada daya beli sesuai dengan tingkat pendapatan yang dimiliki seseorang. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang sehingga akan menghasilkan timbulan dan komposisi sampah yang  berbeda-beda. Jika   suatu   rumah  dikaitkan  dengan  timbulan   dan  komposisi  sampah  yang dihasilkan   oleh   penghuninya,   aspek   sosial   dan   budaya   juga   akan   ikut mempengaruhi   besar  atau  kecilnya  timbulan  dan  komposisi  sampah   yang dihasilkan.  Dalam  hal  ini  aspek  sosial  digambarkan  dengan  bagaimana  tingkat pendidikan penghuninya  dan  sejauh  mana pengetahuan yang  dimiliki penghuni rumah tentang  konsep  pengelolaan sampah yang  baik.  Sedangkan aspek  budaya dapat  digambarkan  dengan  gaya  hidup  yang  dijalankan,  pengaruh  kultur  dari lingkungan sekitar, dan perlakuan terhadap sampah.

C.    Rumah dan Kebutuhan Dasar Manusia

Hakekat   rumah  sebenarnya  dapat  dilihat  dari  beberapa  perspektif. Newmark  &  Tompson  (1977)  menyebutkan  bahwa  rumah  dapat  dilihat  dari perspektif  manusia  dan  perspektif  kota  (urban  and  human  perspective).  Dari perspektif  manusia,  fungsi  rumah  dapat  ditinjau  dari  faktor  kebutuhan  dasar manusia  dengan  mengacu  kepada  hirarki  kebutuhan  dasar  manusia  menurut Abraham Maslow.  Jadi dalam perspektif manusia,  rumah dapat dijadikan sebagai sarana  untuk  proses  pemuasan  segala  kebutuhan  penghuninya  atau  sebaliknya sebuah   rumah   merupakan   refleksi   atau   jawaban   dari   semua   kebutuhan penghuninya.
Pendapat   Newmark   &  Tompson  (1977)  memasukkan  fungsi-fungsi rumah  tinggal  sebagai  kontribusi  pemuas  kebutuhan  manusia  melalui  hirarki Maslow, yang dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.
1)      Kebutuhan   fisiologis  (physiological   needs),   dimana  sebuah  rumah minimal   harus   dapat   berfungsi   sebagai   tempat   untuk   tidur   dan beristirahat.
2)      Kebutuhan   akan   rasa   aman   (safety   &   security   needs),   rumah menciptakan   sebuah   perlindungan   kepada   penghuni   berikut   harta bendanya dari dunia luar.
3)      Kebutuhan  sosial  (sosial  needs),  rumah  menyediakan  setting  untuk berinteraksi  dan  kegiatan-kegiatan  intim  lain  yang  dapat  membentuk pengalaman sosial setiap penghuninya.
4)      Kebutuhan  akan  kepercayaan  diri  dan  ego  pribadi (self-esteem  & egoneeds),  dimana  rumah  dapat  memberikan  kebutuhan  pemuasan  egopribadi,  sekaligus  dapat  dijadikan  sebagai  simbol  status  dan  simbolkesuksesan  seseorang  yang  dapat  menghasilkan  rasa  percaya  diri  dan perasaan dihargai oleh orang lain.
5)      Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization  needs),  disini rumah dapat  dijadikan  tempat  untuk  mengembangkan  potensi  pribadi  setiap anggota keluarga sekaligus sebagai media ekspresi diri. Terkait  dengan  predikat  rumah  sebagai  pemuas  kebutuhan  manusia
Terkait  dengan  predikat  rumah  sebagai  pemuas  kebutuhan  manusia penghuninya akan rasa percaya diri & ego pribadi dan kebutuhan aktualisasi diridiatas, maka terdapat dua hal yang dapat ditekankan :
1)      Rumah  dapat  dijadikan  sebagai  fungsi  yang   menerangkan  status  (status conferring function)
Maksudnya  adalah  rasa  percaya  diri  dan  ego  pribadi  seseorang  dapat terpuaskan  jika  dalam  masyarakat  ia  telah  mencapai  kesuksesan,  sementara kesuksesan  tersebut  dapat  tercermin  dari  peningkatan  kualitas  hidup  keluarga termasuk  perbaikan  standar  hidup   yang   direpresentasikan  dengan  perbaikan kualitas rumah tinggal. Termasuk peningkatan kualitas pelayanan oleh sarana dan prasarana  lingkungannya didalam suatu  lingkungan bertetangga  yang  lebih  baik pula.  Hal  ini  semakin  terasa  terutama  jika  rumah  atau  ppribadi  lain  sehingga pemilik   rumah  tersebut   dapat  mengungkapkan   ego  pribadinya  (ego   needs) (Newmark & Tompson, 1977).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lang  (1994), bahwa seseorang  dalam membuat pemilihan terhadap  jenis,  karakter  dan lokasi tempat  tinggalnya  tidak hanya   dipengaruhi   oleh   pertimbangan-pertimbangan   instrumental   seperti kedekatannya   dengan   pusat   kota   atau   sanak   saudaranya,   melainkan   atas  pertimbangan apakah kawasan perumahan itu dapat menyimbolkan “siapa ia” atau bagaimana status sosialnya.
2)      Rumah dapat dijadikan sebagai media untuk mengekspresikan diri
Rumah  tidak  hanya  berfungsi  sebagai  tempat  tinggal  melainkan  untuk mencapai  harapan  kedepan  penghuninya.  Terkait  dalam  hal  ini,  rumah  dapat dijadikan sebagai alat  bantu  atau  alat  yang  dapat  mendukung  penghuninya untuk mencapai  hasil-hasil  terbaik dalam  usaha   mengembangkan  potensi  pribadi (aktualisasi diri).

D.    Rumah Sebagai Simbol Status

Dari   sudut   pandang   sosiologi   menurut   Theodorson   (1979),   yang dimaksud   dengan  simbol  status  adalah  suatu   gejala   yang   ditentukan  oleh keinginan yang  dapat  menimbulkan tanggapan sosial (bentuk  pemikiran terhadap suatu  hal)  yang  sama  dimana  pengertian  simbol-simbol  tersebut  berasal  dari persetujuan umum. Simbol digunakan sebagai penunjuk  identitas dari si pengguna serta  sebagai  pembatasan  diri.   Dalam  bermasyarakat,   simbol  tersebut   akan diaktifkan  sesuai  dengan  keadaan  dimana  individu  tersebut  berinteraksi,  baik dengan sesamanya maupun dengan masyarakat diluar golongannnya. Sumber lain dari Cohen (1979)  menyebutkan bahwa simbol itu  dapat digunakan sebagai gaya hidup, yang  biasanya digabungkan dengan pemakaian suatu  gaya eksklusif yang membedakan  suatu  kelompok  dengan  kelompok  lain,  serta  untuk  meyakinkan anggota  lain  (dalam  kelompoknya  atau  dari  kelompok  lain)  akan  kekhususan identitas mereka.
Sementara   seorang   ahli   ekonomi,   Haviland   yang   diterjemahkan Soekadijo  (1993),  juga  menyebutkan  bahwa  dalam  mengejar  unsur  prestise, seseorang    dapat    terdorong    untuk    berkonsumsi    mencolok    (conspicuous consumption).  Menurutnya,  konsumsi  mencolok  ini  merupakan  motivasi  yang kuat dalam distribusi kekayaan seseorang  atau  kelompok. Sebagai contoh, banyak orang  di  Amerika  Utara  menghabiskan  banyak  waktu  dan  uang  sebagai  usaha untuk  menimbulkan  citra  yang  baik  kepada  orang  lain,  dengan  memamerkan barang-barang yang merupakan lambang prestise untuk menunjukkan statusnya. seseorang,  telah  digunakan  manusia  dalam  bidang  arsitektur  sejak  terciptanya ilmu ini (Newmark & Tompson, 1977).
Literatur  yang   telah  dijabarkan  diatas  menjelaskan  tentang   persepsi rumah sebagai kebutuhan dasar manusia,  yang  selanjutnya dapat berfungsi untuk menerangkan  status  seseorang  dan  sebagai  media  untuk  mengekspresikan  diri, sehingga muncul kelompok  sosial pembentuk  perumahan yang  akan menjadikan rumah sebagai simbol status dari penghuninya. Akhirnya dari beberapa kajian ini dapat  disimpulkan  bahwa  tingkat  ekonomi  seseorang  dapat  dilihat  dari kondisi rumah  yang  dihuninya,  karena  pembangunan  rumah  terbatas  pada  kemampuan finansial  seseorang   dalam  membangun.  Apabila  tingkat  ekonomi  seseorang terbilang  tinggi  maka ia  akan mempunyai  hasrat untuk  memperbaiki  rumahnyamenjadi  lebih  bagus  dan  lebih  bagus  lagi,  karena  didukung  oleh  kemampuan finansial   orang   tersebut.   Dalam   penelitian   ini,   pengelompokkan   rumah berdasarkan  tingkat  ekonomi  LI,  MI  dan  HI  akan  membantu  peneliti  dalam melihat aspek  ekonomi dari masyarakat. Selain  itu,  penelitian ini akan ditunjang dengan adanya kuesioner  yang  akan  mempertanyakan  mengenai aspek  ekonomi yang terdiri dari total penghasilan keluarga tiap  bulan,  biaya yang  dihabiskan tiap bulannya, pola konsumsi, dan lain-lain.

























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1    Tahap Kegiatan Penelitian

Metodologi  penelitian  akan  menjadi  pedoman  bagi  seorang  peneliti dalam   menjalankan   suatu   penelitian.  Oleh   karena   itu,   dibutuhkan   suatu perencanaan  yang  matang  dalam  penyusunan  metodologi  penelitian. Tahapan penelitian  harus  memperhatikan  alur  tahapan  secara  sistematis  dan  struktual. Setiap  tahapan akan diikuti oleh tahapan lain  secara terus  menerus namun tidak boleh melangkahi  proses  sebelumnya.  Secara  keseluruhan,  tahapan  kegiatan penelitian yaitu mulai dari rumusan masalah, tinjaauan pustaka, penentuan lokasi sampling, pengambilan data (imput), data skunder (data kependudukan), data primer ( timbulan dan komposisi sampah dan data kuesioner), pengolahan data, output, analisis, dan kesimpulan dan saran..

3.2         Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang  digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam penelitian  ini, akan  dilakukan  pengukuran  untuk menghitung timbulan  dan komposisi sampah.
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei,  melalui pengambilan sampel dari suatu  populasi.  Apabila  dilihat  dari  tingkat  penjelasan antara  kedudukan  variabel yang    akan   diteliti,    penelitian   ini   menggunakan   cara   dekriptif   untuk menggambarkan   kondisi  ekonomi,   sosial  dan   budaya  masyarakat  terhadap timbulan dan komposisi sampah tanpa membuat perbandingan.

3.3         Variabel Penelitian

Pada  penelitian  ini,  tingkat  pendapatan  dan   pendidikan  penduduk merupakan variabel bebas (independent variable) karena memiliki kecenderungan mempengaruhi timbulan dan komposisi sampah yang akan dihasilkan.  Sedangkan timbulan  dan  komposisi  sampah  adalah  sebagai  variabel  terikat  (dependent variable) yang  akan dipengaruhi atau  tergantung  dengan variabel bebas tersebut. Masing-masing variabel akan dijelaskan lebih rinci pada tabel berikut ini.
Table 1.5 Variabel Penelitian
NO
Variabel Bebas
Variabel Terikat
1
Tingkat Pendapatan
Timbulan Sampah
2
Tingkat Pendidikan
Komposisi Sampah
3
Pengetahuan dalam pengelolaan sampah
Perilaku dan Kebiasaan

3.4         Populasi dan Sempel

Dalam  penelitian  ini,  populasi  yang  akan  diteliti  adalah  rumah  tangga (Kepala Keluarga/ KK) yang  berada di Kelurahan Tatura Utara,  Kota Palu.  Populasi ini  terdiri  dari  tiga  kelompok, yaitu  perumahan permanen, perumahan semi permanen, dan perumahan non permanen.  Kemudian sampel  diambil secara acak  dari  ketiga  kelompok  tersebut.  Teknik  pengambilan  sampel  ini  disebut dengan stratified random sampling.
Menurut   SNI   19-3964-1994   mengenai   Metode   Pengambilan   dan Pengukuran  Contoh  Timbulan  dan  Komposisi  Sampah  Perkotaan,  pelaksanaan pengambilan  contoh timbulan sampah dilakukan secara acak  untuk  setiap  strata dengan jumlah sebagai berikut:
1.      Jumlah contoh  jiwa dan  kepala keluarga  (KK)  dapat  dilihat  pada  tabel 1.5 yang dihitung berdasarkan rumus 1.5 dan 1.6 dibawah ini.
PS                                                        (1.5)
            Dimana :
S    = jumlah contoh jiwa (sampel)
Cd  = koefisien perumahan
Cd  = kota besar/ metropolitan = 1
Cd  = kota sedang/ kecil/ IKK = 0,5
PS    = populasi (jiwa)

                                           (1.6)
            Dimana :
K   = jumlah contoh (KK)
N   = jumlah jiwa per keluarga = 5

Table 1.6 Jumlah Contoh Jiwa dan KK
NO
Klasifikasi Kota
Jumlah Penduduk
Jumlah contoh jiwa (s)
Jumlah KK (K)
1
Metropolitan
1000.000-2.500.000
1000-1500
200-300
2
Besar
500.000-1000.000
700-1000
140-200
3
Sedang, kecil.
3.000-500.000
150-350
30-70

Kelurahan Tatura Utara memiliki 10  RW dan 38  RT, yang  diantaranya terdiri dari perumahan permanen, perumahan semi permanen, dan perumahan non permanen. Berdasarkan   data   monografi yang didapat, jumlah penduduk pada bulan juni  2015  tercatat  sebesar 11.273  jiwa. Jumlah penduduk  tersebut  apabila dilihat dari klasifikasi kota pada tabel 1.6, maka masuk  kedalam klasifikasi kota sedang/ kecil/ IKK.
Berdasarkan data kependudukan yang  telah diperoleh diatas, maka dapat dilakukan perhitungan jumlah jiwa untuk  sampling  sesuai dengan SNI  19-3964-1994  mengenai  Metode  Pengambilan  dan  Pengukuran  Contoh  Timbulan  dan Komposisi Sampah Perkotaan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
S = Cd√ PS  = 0,5√11.237 = 53,085 ≈ 53 jiwa
Apabila diasumsikan bahwa 1 rumah didalamnya terdapat 1 kepala keluarga (KK)  yang  terdiri  dari  5  jiwa,  maka  perhitungan  jumlah  contoh  timbulan  sampah adalah:
K = S⁄N = 53⁄5 = 10,6 ≈ 11 KK
Pada penelitian ini, pemilihan rumah sebagai sampel dilakukan melalui pengamatan  visual  dan  sedikit  wawancara  dengan  pemilik   rumah.  Kriteria pemilihan  rumah  untuk  populasi perumahan  semi permanen  adalah dengan  melihat bangunanya yaitu dimana bangunannya setengah tembok dan setengah kayu .  Kriteria  untuk  populasi perumahan  non permanen  adalah  bangunannya sepenuhnya terbuat dari kayu,  kondisi  rumah yang  tidak  terlalu  bagus  dan  bangunannya  tidak  bertingkat.  Sedangkan kriteria  untuk populasi perumahan permanen adalah bangunannya sepenuhnya terbuat dari batu bata/batako.
Agar pengambilan sampel dapat valid mencakup keseluruhan perumahan di Kelurahan Tatura Utara  dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk analisis tingkat ekonomi, maka jumlah contoh timbulan sampah pada tiap jenis perumahan adalah:
1.      Perumuhan  Permanen                  : 4 kk
2.      Perumahan Semi  Permanen          : 4 kk
3.      Perumahan Non Permanen            : 3 kk
3.5         Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah

Frekuensi  sampling  atau  pengambilan  contoh  komposisi sampah  dapat  dilakukan  dalam  8  hari  berturut-turut  pada  lokasi  yang  sama,  sesuai  dengan prosedur dalam SNI 19-3964-1994, akan tetapi kami  hanya melakukan penelitian mengenai timbulan dan komposisi sampa di kelurahan tatura utara selama 6 hari karena keterbtasan waktu. Pengambilan sampel akan dimulai pada pukul 06.00 pagi WIB,  kemudian  untuk  pengukuran  timbulan  dan  komposisi  sampah  akan dilakukan di rumah penulis sekitar pukul 05.00 sore WIB. Komposisi  sampah  rumah tangga yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Tabel 1.8 Komposisi Sampah yang Diteliti

NO
Kategori Sampah
Keterangan

1

Kantong kresek, botol shampoo, sabun cair, pemutih, kecap, saus, botol plastik air mineral, jus, Plastik bening pembungkus makanan, kemasan sachet, mie instan, kemasan minyak goreng, pewangi, dll.
Plastik

2
Kertas
a. Kardus, kertas, majalah
b. Kemasan tetrapak
3
Organik
Sisa makanan dll.





Pengukuran  dan  perhitungan contoh timbulan  sampah  harus  mengikuti prosedur dalam SNI 19-3964-1994, dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan sampah adalah:
1.      volume basah (asal)  : liter/unit/hari;
2.      berat basah (asal)      : kilogram/unit/hari;
2.      Satuan  yang  digunakan  dalam  pengukuran  komposisi  sampah  adalah dalam % berat basah/ asal;
3.      Jumlah unit masing-masing  lokasi pengambilan contoh timbulan sampah (u) untuk perumahan adalah jumlah jiwa dalam keluarga;
4.      Metode pengukuran contoh timbulan sampah yaitu:
1.      sampah  terkumpul  diukur  volume dengan  wadah  pengukur  50 liter dan ditimbang beratnya dan atau;
2.      sampah  terkumpul diukur dan ditimbang  beratnya,  kemudian  dipisahkan  berdasarkan  komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya.
Selanjutnya pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Membagikan  kantong  plastik  yang  sudah  diberi  tanda  kepada  sumber sampah satu hari sebelum pengumpulan.
2.      Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah.
3.      Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah.
4.      Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.
5.      Menimbang kotak pengukur.
6.      Menuangkan secara bergiliran ke kotak pengukur.
7.      Menghentak 3 kali dengan ketinggian kotak 40 cm.
8.      Mengukur dan mencatat volume sampah (Vs).
9.      Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs).
10.  Memilah sampah berdasarkan komponen komposisi sampah.
11.  Menimbang dan mencatat berat sampah.
12.  Menghitung komponen komposisi sampah.
Menghitung  komponen  komposisi  sampah  merupakan  tindak lanjut tahapan  setelah  pengukuran  timbulan  sampah  dilakukan,  prosedur  pengukuran komponen komposisi sampah adalah sebagai berikut :
1)        Menimbang sampah total.
2)        Memilah sampah sesuai karakteristik.
3)        Menimbang masing-masing sampah.
4)        Menghitung komposisi sampah.

3.6    Instrumen Penelitian

Peralatan  dan  perlengkapan  yang  harus disiapkan  terlebih  dahulu  pada pengukuran timbulan dan komposisi sampah adalah sebagai berikut:
1.      Timbangan maksial 100 kg (untuk timbulan sampah dan kompposisi sampa)
2.      Kotak Kayu (30x25x40 cm3)
3.      Penggaris
4.      Sarung tangan
5.      Masker

Instrumen  lain  yang  dijadikan  pendukung  penelitian  adalah  kuesioner. Kuesioner merupakan daftar  pertanyaan yang  akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung  melalui proses komunikasi atau dengan  mengajukan  pertanyaan  yang  menghasilkan  suatu  jawaban  berupa  data tertulis.  Jenis  kuesioner  yang   akan  digunakan   dalam  penelitian  ini  adalah “Kuesioner  Terstruktur  Yang  Terbuka”.  Pada  jenis  kuesioner  ini,  pertanyaan-pertanyaan  diajukan  dengan  susunan  kata-kata  dan  urutan  yang  sama  kepada semua responden ketika mengumpulkan data. Kuesioner ini menyediakan pilihan jawaban  yang  dapat  dipilih  oleh responden,  sehingga  tujuannya jelas dan dapat membatasi kemungkinan jawaban-jawaban dari responden karena diarahkan untuk memilih  salah  satu  diantara  pilihan  jawaban  (kuesioner  pada  penelitian  ini terlampir).
Survei  kuesioner  dilakukan  1  kali  terhadap  rumah  yang  sama  dengan lokasi  sampling   pada  pengukuran  timbulan  dan  komposisi  sampah.   Tujuan melakukan survei kuesioner ini adalah untuk mengetahui :
1.      Besarnya jumlah pendapatan objek studi
2.      Biaya yang dihabiskan untuk belanja bulanan
3.      Kecendrungan mengkonsumsi makanan sehari-hari
4.      Tingkat pendidikan masyarakat
5.      Cara warga memperlakukan sampahnya masing-masing

3.7    Data dan Analisis Data

Data  primer  yang  telah  diperoleh  pada  saat  pengumpulan  data  yang terdiri dari data komposisi sampah dan data kuesioner, kemudian akan dianalisis.  Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

A.    Menghitung  berat Sampah  

Dalam  perhitungan  berat sampah perhari  Dimana  berat  sampah  didapat  dengan  cara  menimbang   sampel,  sedangkan volumenya diukur dengan kotak  kayu  berukuran 30  x 25  x 40  cm3.  Rumus yang digunakan dalam mengukur volume sampah dalam kotak sampling adalah :
Volume sampah = luas kotak × tinggi sampah

B.       Menghitung persentasi komposisi (Widanarko, 1992)

Komposisi  sampah  dapat  dihitung  dengan  menggunakan  rumus  :

3.8    Jadwal Kegiatan Penelitian

Adapun jadwal kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut
Tabel 1.9 Jadwal Kegiatan pelitian
KEGIATAN
DESEMBER 2015
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Meyusun Laporan Sementara















Survey Lokasi















Pelaksanaan Sampling















Mengelolah Data















Analisis dan Meyusun Laporan





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    HASIL PENELITIAN

4.1.1 Timbulan dan Komposisi Sampah

Data mengenai timbulan dan  komposisi sampah  akan dibagi  menjadi 3 kelompok  data  sesuai  dengan  metode  penelitian  pada  Bab 3.  Ketiga kelompok tersebut ialah kelompok perumahan permanen, kelompok perumahan semi permanen, dan kelompok  perumahan  non permanen,  yang  berada  dalam  wilayah  Kelurahan  Tatura Utara, Kec. Palu Selatan, Kota Palu. Agar penyajian data  pengukuran sampah lebih  mudah untuk  dibaca dan dimengerti,  maka selanjutnya data  hasil pengukuran  sampah akan  disajikan dalam satuan kelompok perumahan masing-masing.
Pengukuran  sampah pada  ketiga kelompok  sampel dilakukan  selama  6  hari  berturut-turut  pada  waktu  yang   sama.  Keadaan  cuaca  selama  periode  pengukuran adalah tidak dalam kondisi hujan, dan  sampah tersimpan dengan baik (tidak  terkena air) dalam kantung  sampah berukuran 100x100x600  cm3.

4.1.1.1 Perumahan Permanen

Jumlah sampel pada kelompok ini adalah sebanyak 4 buah rumah yang  dipilih secara acak pada RW 6 dan RW 7, Kelurahan Tatura Utara, Kec. Palu Selatan, Kota Palu. Untuk mengetahui berat sampah dan volume sampah harian yang dihasilkan oleh masing-masing orang, maka dibutuhkan data jumlah penghuni rumah sampel yang diteliti. Jumlah orang dalam 1 rumah sampel diketahui dari kuisioner yang didalamnya terdapat pertanyaan mengenai jumlah penghuni rumah. Tabel hasil perhitungan berat dan volume sampah per orang per hari dapat dilihat pada lampiran 2.
Variabel terikat seperti berat dan volume sampah dalam penelitian ini selanjutnya akan di buat grafik timbulan sampah harian selama 6 hari yaitu pada hari minggu, senin, selasa, rabu, kamis, dan jumat. Berikut adalah timbulan sampah untuk perumahan permanen dalam kg/orang/hari (berat) dan liter/orang/hari (volume). 

Diagram 1.1 Berat Sampah Perumahan Permanen
(Hasil Olahan, 2015)

pada diagram 1.1, sumbu x menunjukkan waktu sampling yang dilakukan selama 7 hari sedangkan sumbu y merupakan berat sampah yang di dapat dari perhitungan timbulan sampah.

Diagram 1.2 Volume Sampah Perumahan Permanen
(Hasil Olahan, 2015)


pada diagram 1.2, sumbu x menunjukkan waktu sampling yang dilakukan selama 7 hari sedangkan sumbu y merupakan volume sampah liter/orang/hari yang di dapat dari perhitungan timbulan sampah.
Selain timbulan sampah, dilakukan pula pengukuran komposisi sampah pada perumahan permanen, komposisi sampah yang terdapat pada kelompok ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.10 Total Komposisi Sampah Perumahan Permanen
NO
Komposisi Sampah
Komponen
Kg
%
1
Plastik
2,2
0,26
2
Kertas
2
0,1
3
Organik
5,4
0,64
Total
9,6
0,97
Sumer: Hasil Olahan, 2015

Total  sampah  yang  terukur  pada  perumahan  permanen  selama 6 hari sampling  adalah sebesar  8,6  kg.  Jika berat tiap  komponen sampah dibagi total sampah tersebut  kemudian dikali dengan 100%,  maka dapat dicari proporsi tiap komponen dalam bentuk  presentasi. Urutan komposisi sampah dari jumlah  yang paling  besar hingga terkecil yaitu  sampah organik, plastik, dan kertas.  Agar  lebih  jelas  dalam  melihat  dan  membandingkan proporsi tiap komposisi sampah terhadap total sampah yang dihasilkan,  maka dari tabel 1.9 diatas selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk pie chart seperti pada gambar berikut ini.











Diagram 1.3 Total Komposisi Sampah Perumahan Permanen
(Hasil Olahan, 2015)

4.1.1.2 Perumahan Semi Permanen

Jumlah Sampel yang di ambil pada keompok ini sebayak 4 buah rumah secara acak, yang diantaranya berada pada RW 6 dan RW 7. Gambar berikut ini akan menunjukan hasil perhitungan berat dan volume sampah.

        Diagram 1.4 Berat Sampah Perumahan Semi Permanen
(Hasil Olahan, 2015)

Diagram 1.5 Volume Sampah Perumahan Semi Permanen
(Hasil Olahan, 2015)

Dari diagram 1.4 dan 1.5 dapat diamati bahwa berat dan volume sampah tertinggi terdapat pada hari minggu, sedangkan berat sampah terendah terdapat pada hari rabu dan jumat sedangkan untuk volume sampah terendah terdapat pada hari rabu.
Komposisi sampah total selama periode sampling 6 hari yang terdapat pada kelompok ini akan dijabarkan dalam bentuk tabel 1.10 seperti berikut:

Tabel 1.11 Total Komposisi Sampah Perumahan Semi Permanen
NO
Komposisi Sampah
Komponen
Kg
%
1
Plastik
1
0,7
2
Kertas
1
0,7
3
Organik
11,8
0,85
Total
13,8
2,25
Sumer: Hasil Olahan, 2015

Agar  lebih  jelas  dalam  melihat  dan  membandingkan proporsi tiap komposisi sampah terhadap total sampah yang dihasilkan,  maka dari tabel 1.10 diatas selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk pie chart seperti pada gambar berikut ini.

Diagram 1.6 Total Komosisi Sampah Perumahan Semi Permanen
(Hasil Olahan, 2015)


4.1.1.3 Perumahan Non Permanen

Jumlah Sampel yang di ambil pada keompok ini sebayak 3 buah rumah secara acak, yang diantaranya berada pada RW 6 dan RW 7. Gambar berikut ini akan menunjukan hasil perhitungan berat dan volume sampah.
Diagram 1.7 Berat Sampah Perumahan Non Permanen
(Hasil Olahan, 2015)


Dapat  terlihat  pada  Diagram  diatas,  jumlah  sampah  pada  hari  Rabu merupakan timbulan sampah yang paling tinggi dan jumlah sampah yang paling rendah terjadi pada hari jumat. Adapun volume sampah pada perumahaan non permanen dapat kita lihat pada gambar berikut:

Diagram 1.8 volume Sampah Perumahan Non Permanen
(Hasil Olahan, 2015)

Komposisi sampah total selama periode sampling 6 hari yang terdapat pada kelompok ini akan dijabarkan dalam bentuk tabel 1.11 seperti berikut:

Tabel 1.12 Total Komposisi Sampah Perumahan Semi Permanen
NO
Komposisi Sampah
Komponen
Kg
%
1
Plastik
1,5
0,13
2
Kertas
0,8
0,07
3
Organik
8,9
0,79
Total
11,2
0,99
Sumer: Hasil Olahan, 2015


Agar  lebih  jelas  dalam  melihat  dan  membandingkan proporsi tiap komposisi sampah terhadap total sampah yang dihasilkan,  maka dari tabel 1.11 diatas selanjutnya akan digambarkan dalam bentuk pie chart seperti pada gambar berikut ini.

Diagram 1.9 Total Komposisi Sampah Perumahan Non Permanen
(Hasil Olahan, 2015)

4.1.2 Data Penduduk Responden

Pada  penelitian   ini,   kuesioner   dijadikan   sebagai   alat   pendukung  pengumpulan  data  untuk  dapat   menganalisis  tingkat   ekonomi,   pendidikan, pengetahuan, dan  perilaku masyarakat dalam memperlakukan sampah.  Agar   dapat dihubungkan bagaimana korelasi antara data kuesioner dengan data timbulan dan komposisi sampah, maka reponden yang dipilih disesuaikan dengan rumah sampel untuk pengukuran timbulan sampah, yaitu sebanyak 11 buah kuesioner.
Jumlah  responden  pada  sampel  perumahan non permanen adalah  sebanyak 3   orang,  sedangkan  jumlah  respoden  perumahan  permanen  dan  perumahan semi permanen masing-masing  sebanyak  4  orang.  Pendidikan  terakhir  yang  dimiliki responden dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini.

Diagram 1.10 Tingkat Pendidikan Responden
(Hasil Olahan, 2015)


Jenis  pekerjaan  yang   dimiliki  responden  terdiri  dari  tidak   bekerja,  PNS,  TNI,  pegawai swasta, wiraswasta dan Pedagangp.  Responden  dari perumahan  Permanen  memiliki  pekerjaan  1 orang  sebagai  pegawai  swasta, 1 orang sebagai  wiraswasta, 1 orang PNS, dan 1 orang lagi tidak bekerja.  Selain  itu, 1 orang  responden  dari  perumahan semi permanen berkerja sebagai pegawai swasta, 1 orang bekerja sebagai PNS, 1 orang bekerja sebagai TNI, dan satu orang lagi tidak bekerja. Sedangkan, responden  dari  perumahan non permanen yaitu 2 orang bekerja sebagai pedagang dan 1 orang lagi bekerja sebagaai PNS. Untuk  lebih  lengkapnya,  berikut  ini  adalah  diagram  batang mengenai pekerjaan responden.
Diagram 1.11 Jenis Pekerjaan Responden
(Hasil Olahan, 2015)
Dari sisi ekonomi, total pendapatan dari rumah sampel diwakilkan oleh 1 responden yang  akan menjawab pertanyaan mengenai hal ini. Jumlah pendapatan dikelompokkan memiliki kisaran per bulan kurang  dari Rp 500.000,  Rp 500.000-1.000.000,  Rp  1.000.000-1.500.000,  dan lebih dari Rp 1.500.000.  Gambar berikut akan menunjukan pendapatan responden.

Diagram 1.12 Total Pendapatan Rumah Responden
(Hasil Olahan, 2015)
Pada kuesioner juga terdapat pertanyaan mengenai hal ini dengan  pilihan  jawaban  seperti dibakar,  dibuang  ke  sungai,  digeletakkan di lahan  kosong,  ditimbun,  diangkut  oleh  petugas  sampah, atau dijual (untuk  sampah anorganik).

Diagram 1.12 Perlakuan Terhadap Sampah Responden
(Hasil Olahan, 2015)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Timbulan Sampah Terhadap Tingkat Pendapatan

Berat  dan volume sampah dari ketiga kelompok  perumahan melalui uji statistik, ternyata tidak  memiliki perbedaan yang  signifikan meskipun bila dilihat dari data timbulannya masing-masing berbeda dan menduduki urutan tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan tinggi,  menengah, dan rendah tidak  mempengaruhi besarnya berat dan volume sampah rumah tangga pada kelurahan Tatura Utara, Kota Palu.

4.2.2 Hubungan Komposisi Sampah Terhadap Tingkat Pendapatan
      
Dari hasil analisis kami bahwa pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara tingkat pendapatan masyarakat terhadap komposisi sampah yang dihasilkan. Karena dari 3 kelompok perumahan yang kami jadikan sampel tidak ada perbedan dalam komposisi sampah yang di hasilkan tiap perumahan tersebut.

4.2.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Pengetahuan-Sikap-Perilaku Masyarakat

Menurut  Todaro  (2004),  dalam  mengukur  keberhasilan  pembangunan tidak  cukup  hanya menggunakan tolok  ukur ekonomi saja melainkan juga harus didukung oleh indikator-indikator sosial (non ekonomi), antara lain seperti tingkat melek   huruf,   tingkat   pendidikan,   kondisi-kondisi   dan   kualitas   pelayanan kesehatan,    dan    kecukupan    akan    kebutuhan    perumahan.    Keberhasilan pembangunan  yang  dimaksud  adalah  sistem  pengelolaan  sampah  yang  akan diterapkan  kepada  masyarakat.  Pada  penelitian  ini,  tingkat  sosial  yang  akan diamati  adalah  tingkat  pendidikan  masyarakat.  Tingkat   pendidikan  menjadi penting   karena  dapat   mengubah  persepsi  pengetahuan,   sikap  dan  perilaku masyarakat  dalam  menangani  sampah.  Selama  masa  sekolah  atau  kuliah,  baik secara langsung  maupun tidak  langsung  telah ditanamkan pemahaman mengenai permasalahan jumlah sampah yang  semakin banyak,  upaya yang  dapat dilakukan untuk  mengurangi laju  timbulan sampah,  dan cara-cara untuk  mengelola sampah yang    baik.    Sebagai    contoh    adalah    melakukan    penghematan    dengan mendayagunakan   barang   semaksimal   mungkin   dan  tidak   konsumtif,   serta melakukan daur ulang  pada barang  yang  masih  dapat dimanfaatkan.  Jika hal-hal tersebut dilakukan maka dapat mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan.
Tingkat  pendidikan masyarakat  pada objek  studi dapat diketahui melalui kuesioner  yang  telah  diberikan  kepada  responden  yang  juga  dijadikan  lokasi pengambilan  sampel  sampah  rumah  tangga  yang  diteliti. Penelitian  ini  juga  akan  menghubungkan  pendidikan  yang   dimiliki responden   terhadap   perilaku   dan   kebiasaan   yang   mereka   lakukan   dalam menangani sampah.  Perbedaan tingkat  pendidikan seseorang  akan  menghasilkan pertimbangan-pertimbangan   yang   berbeda   pula   dalam   menangani   sampah. Tingkat  pendidikan masyarakat menjadi  perhatian untuk  mengukur sejauh  mana pemahaman  masyarakat  berkaitan  dengan  pengelolaan sampah,  terutama dalam hal  melakukan  pemilahan  sampah, dan  cara  responden dalam menangani sampah dirumahnya.
Dari beberapa pilihan jawaban yang disajikan dalam kuesioner, responden   pada   penelitian   ini   memperlakukan   sampah dirumahnya  dengan  cara yang berbeda-beda.  Hal  ini  menyatakan bahwa  permukiman  di  kelurahan Tatura Utara,  Kec. Palu Selatan, Kota palu memang  sebagian  besar belum  dilayani  oleh  petugas  sampah  baik  berasal  dari  dinas  kebersihan,  pihak swasta ataupun voluntir.  Dan dari hasil wawancara kami dengan pihak kelurahan ternyata Kelurahan Tatura Utara sama sekali belum memiliki TPS.




























BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan  pada  tujuan  dilakukan  penelitian   ini,   maka  dari  hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.        Berdasarkan  jenis  perumahan  yang   berada  di  Kelurahan   Tatura Utara, Kecamatan   Palu Selatan,   Kota Palu,   penduduk   menghasilkan   timbulan   dan komposisi sampah sebagai berikut:
a.       Penduduk  di perumahan semi permanen menghasilkan timbulan sampah sebesar  1,86   kg/orang/hari  dan   menghasilkan komposisi  sampah   0,97 % per hari.
b.      Penduduk   di  perumahan  semi permanen  menghasilkan  timbulan  sampah sebesar 2,4 kg/orang/hari  dan menghasilkan komposisi yaitu 2,25% per hari.
c.       Penduduk   di  perumahan  non permanen menghasilkan   timbulan  sampah sebesar 2,08  kg/orang/hari  dan menghasilkan komposisi sampah yaitu 0,99% per hari.
2.        Timbulan sampah  di  Kelurahan  Tatura Utara  tidak  dipengaruhi oleh tingkat pendapatan penduduk.
3.        Tidak terdapat  hubungan  antara  komposisi  sampah  terhadap  tingkat  pendapatan penduduk.
4.        Tidak  terdapat  hubungan  antara  tingkat  pendidikan  masyarakat  terhadap pengetahuan sikap dan perilaku dalam menangani sampah.

5.2 Saran

Penelitian  yang  dilakukan  dengan  cara  sampling,  pengumpulan  data instrumen dan  hasil  pengamatan  langsung,  telah  memberikan  catatan  tersendiri untuk  adanya  hal-hal  yang  perlu  diperhatikan  oleh  seluruh  masyarakat  dan instansi terkait. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana agar pemerintah dapat meyediakan TPS di kel. Tatura Utara agar masyarakat dapat membuang sampahnya di tempat yang sudah di tentukan sehingga tercipta lingkungan yang bebas dari tumpukan sampah yang timbul dari masyaarakat itu sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  (1994).  SNI  19-2454-2002  tentang   Tata  Cara  Teknik  Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Badan Standardisasi Nasional.
Anonim.   (1994).   SNI   19-3964-1994   tentang   Metode   Pengambilan   dan Pengukuran  Contoh Timbulan  dan  Komposisi  Sampah  Perkotaan.  Badan Standardisasi Nasional.
Anonim.  (1994). SNI 19-3964-1994 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah  untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia. Badan Standardisasi Nasional.
Anonim.  (2008).  Undang-undang  Republik  Indonesia  Nomor  18  tahun  2008
Azkha,  Nizwardi,  et  al.,  ed.  Analisis  Timbulan,  Komposisi  dan  Karakteristik Sampah  di  Kota Padang.  Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006,  I (1).
Azwar,  Asrul.  (1990).  Pengantar Ilmu  Kesehatan  Lingkungan. Jakarta:  Mutiara Sumber Widya.
Becker, G. (1995). The Economic Way of Looking at Behavior. Dalam R. Febrero  dan  P.  Schwartz.  (2000).  The  Essence  of  Becker.  Standford  University,
California: Hoover institution Press.
Bonner,   Hubert.  Social  Psychology,  An  Interdisciplinary  Approach.   dalam, 
Mayer, Kurt B. (1967). Class and Society, revised edition, New York. dalam,  Lely  Pingkan  C.  Taulu,  Gaya   Hidup  dan  Pemilihan  Aktivitas
Cohen,  Abner.  (1979).  Two  Dimensional  Man.  London:  Routledge  and  Kegan  Paul.  dalam  Rukmini  Subadio,  Strategi  Untuk  Mempertahankan Status  dalam  Suatu  Arena  Interaksi,  (Skripsi  sarjana  FISIP  UI,  Depok, 1987).
Cointreau.   (1982).   Environmental  Management  of  Urban   Solid   Wastes  in Developing Countries. The World Bank.
Dainur. (1995). Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widy Medika.
Damanhuri,  E.,  Padmi,  T.,  Azhar,  N.,  Meilany,  L.T.  (1989).  Pengkajian  Laju  Timbulan  Sampah  di Indonesia.  Pus.Lit.Bang.Pemukiman Dept PU – LPM ITB.
Damanhuri,  Enri.  (2006).  Diktat  kuliah  TL-3150  Pengelolaan  Persampahan. Bandung: Penerbit ITB.
Darmasetiawan,  Martin.  (2004).  Sampah  dan  Sistem  Pengelolaannya.  Jakarta: Ekamitra Engineering.
Departemen Pekerjaan Umum. (2010). Pedoman Umum 3R Berbasis Masyarakat  di Kawasan Permukiman.
Departemen   Pendidikan   dan   Kebudayaan.   (1988).   Kamus   Besar   Bahasa  Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fassa,  Ferdinand.  Identifikasi  Faktor-faktor  Resiko   Terhadap  Kinerja  Biaya  Konstruksi  pada   Proyek  Pembangunan  Perumahan  Dilihat  dari  Sudut Pandang Kontraktor di Wilayah Jabodetabek.. Tesis Program Pasca Sarjana Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.
George, T., Hillary, T., Samuel, A. (1993). Evolution of Solid Waste Management.
Integrated   Solid  Waste  Management.   New  York:  McGraw  Hill  Book Corporation.  Gifford,  Robert.  (1991).  Environmental  Psychology  Principles  and  Practice.
USA:  Univ.  Victoria,  Allyn  and  Bacon Inc.  dalam Rahmat  Fajar  Trianto, Eksklusivisme pada  Perumahan  (Studi kasus : Beberapa  Perumahan  Bagi Kelompok  Elite  di DKI  Jakarta  dan  Sekitarnya),  Skripsi  Arsitektur  FTUI 2004.
Rapoport,  Amos.  (1969).  House  Form and  Culture.  London:  Prentice  Hall Inc. dalam Rahmat Fajar Trianto, Eksklusivisme pada Perumahan (Studi kasus : Beberapa Perumahan Bagi Kelompok Elite di DKI Jakarta dan Sekitarnya), Skripsi Arsitektur FTUI 2004.
Salura, Purnama.  (2001).  Berarsitektur; Membuat Menggunakan  Mengalami dan Memahami Arsitektur. Bandung: Architecture & Communication.








LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
GENERATOR TIMBULAN SAMPAH DI KELURAHAN TATURA UTARA
KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

Pengantar
Sekaitan dengan pelaksanaan penelitian diatas, maka kami memohon kesediaan Bapak/Ibu, Saudara/Saudari untuk menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dengan kondisi yang sebenarnya, identitas dan jawabannya dijamin kerahasiannya. Kuesioner ini hanya dimaksudkan untuk penyusunan tugas besar dalam rangka penyelesaian studi semester satu di Program s1 teknik perencanaan wilayah dan kota Universitas Tadulako kota palu.
Atas kesediaannya saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga segala aktivitas kita bernilai ibadah disisi-NYA, Amin !
Tanggal Survey       : ………………….......................................
Enumerator               : ………………….......................................
Responden               : 1 Responden / KK
No. Responden        : ………………….......................................
Kelurahan                  : ………………….......................................
Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu dari alternatif jawaban yang tersedia dengan memberi tanda check (Ö), yang sesuai dengan pendapat Anda !
 

A.    Identitas Responden
1.     Nama                                        : ……………………………………………………….
2.     Alamat                                       : ……………………………………………………….
3.     Umur                                         : ……………………………………………………….
4.     Tempat dan tanggal lahir      : ……………………………………………………….
5.     Jenis kelamin                          : a. Laki-Laki                         b.Perempuan
6.     Status perkawinan  : a. Belum Kawin  b. Kawin                c. Duda/Janda
7.     Pendidikan terakhir                : ……………………………………………………….
8.     Pekerjaan pokok                     : ……………………………………………………….
9.     Pekerjaan sampingan           : ……………………………………………………….

B.    Perekonomian
1.     Berapa pendapatan utama (berasal dari pekerjaan pokok) anda per bulan?Sebutkan!
a.     Kurang dari RP. 500.000

b.     Rp.500.000 – Rp.1.000.000
c.     Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000

d.     Diatas Rp.1.500.000

Jawaban: ...........................................................................................................................
2.     Bagaimana kondisi rumah anda?
a. Permanen           
b. Semi permanen                 
c. Non Permanen
Jawaban: ...........................................................................................................................
3.     Apa status lahan rumah anda?
a.     Milik pribadi
b.     Menyewa
c.     Menumpang di lahan milik kerabat
d.     Menumpang di lahan pemerintah
 Jawaban: ...........................................................................................................................
4.     Berapa orang yang menjadi tanggungan anda?
a.     Diri sendiri
b.     2 – 3 org
c.     4 – 5 org
d.     Diatas 5 org, sebutkan ...................
 Jawaban: ...........................................................................................................................
5.     Berapa pengeluaran harian anda untuk makan tiap harinya?
a.     Kurang dari Rp.10.000p
b.     Rp. 10.000 – Rp. 30.000
c.     Rp. 30.000 – Rp. 50.000
d.     Diatas Rp. 50.000
Jawaban: ...........................................................................................................................
8.     Berapa pengeluaran bulanan anda untuk berbelanja dalam memenuhi kebutuhan rumah anda?
a.     Rp.100.000 – Rp.200.000
b.     Rp. 200.000 – Rp. 300.000
c.     Rp. 300.000 – Rp. 400.000
d.     Rp.400.000 – Rp.500.000
e.     Diatas Rp. 500.000
Jawaban: ...........................................................................................................................

C.    Sikap Sosial
1.       Bagaimana  anda memperlakukan sampah di rumah anda? (boleh lebih dari 1 jawaban)
a.   Dibakar
b.   Dibuang ke sungai
c.   Di geletakkan di lahan kosong
d.   Ditimbun
e.   Diangkut oleh petugas sampah
f.   Dibuat kompos
g. Dijual (untuk sampah anorganik)
Jika memilih jawaban (a)-(d) lanjutkan pertanyaan ke nomor 3
Jawaban:....................................................................................................................................................................
2. Mengapa anda melakukan hal tersebut?
a.   Tidak tahu harus dibuang kemana
b.   Kebiasaan yang sudah lama dilakukan
c.   Karena ada lahan yang biasa dijadikan tempat sampah
d.   Hal lain, sebutkan alasannya
Jika memilih jawaban (e) lanjutkan pertanyaan ke nomor 3 dan 4
Jawaban.....................................................................................................................................................................
3. Berapa kali sampah di rumah anda diangkut dalam 1 minggu?
a.   Tidak tahu
b.   1 x
c.   2 x
d.   3 x
jawaban......................................................................................................................................................................
4. Berasal darimana pihak petugas pengangkut sampah tersebut?
a.   Tidak tahu
b.   Dinas Kebersihan
c.   Pihak swasta
d.   Voluntir
e.   Lainnya, sebutkan . . .
jawaban......................................................................................................................................................................
5. Bagaimana anda memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari?
a.   Memasak sendiri
b.   Membeli makanan cepat saji
c.   Makan di restoran
d.   Catering
Jawaban..................................................................................................................................................................
6. Dimanakah anda biasa berbelanja?
a.   Tukang sayur
b.   Pasar tradisional
c.   Mini market (misal: Indomaret, Alfamart dll)
d.   Supermarket (misal: Alfa midi, dll)
e.   Hypermarket (misal: Giant, Carrefour, Hypermart, Lotte mart, dll)
jawaban...................................................................................................................................................................
7. Dalam 1 bulan berapa kali anda berbelanja? (berdasarkan jawaban no. 6)
a.   Setiap hari
b.   1 x
c.   2 x
d.   lainnya, sebutkan..........

Lampiran 2
1.      Timbulan sampah perumahan permanen

HARI
BERAT SAAMPAH
(kg/org/hari)
VOLUME SAMPAH
(liter/org/hari)
Minggu
1,2
22500
Senin
1,3
18750
Selasa
1,2
22500
Rabu
2
20250
Kamis
1,2
30000
Jum’at
4.3
22500


2.      Timbulan sampah semi permanen

HARI
BERAT SAAMPAH
(kg/org/hari)
VOLUME SAMPAH
(liter/org/hari)
Minggu
5,5
33750
Senin
2,4
12000
Selasa
2,3
21000
Rabu
0,3
75000
Kamis
4,1
30000
Jum’at
0,2
15750

3.      Timbulan sampah non permanen

HARI
BERAT SAAMPAH
(kg/org/hari)
VOLUME SAMPAH
(liter/org/hari)
Minggu
1,3
30000
Senin
2,2
24000
Selasa
1,3
6750
Rabu
5,5
31500
Kamis
1,4
25000
Jum’at
1
37500










Lampiran 3
Foto-foto Penelitian