Rabu, 22 Juni 2016

Tugas Besar Geologi Lingkungan

GEOLOGI LINGKUNGAN
ANALISIS BENCANA GEMPABUMI SEBAGAI GERAKAN TANAH DI KABUPATEN SIGI






NAMA KELOMPOK

KHAIRUNNISA RAMADHANI                        F 23115002
ANDI RIZA NADZIFA                                      F 23115003
ICHWANUK MUSLIMIN                                F 23115013
BETH NOEL SALU                                           F 23115030
AHMAD RIZAL                                                F 23115039
NUNUNG BEVITASARI                                   F 23115004
AIDIL FITRAH                                                  F 23115044
                                                                                                                           

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
Program Studi S1 Perencanaan Wilayah & Kota
UNIVERSITAS TADULAKO
KOTA PALU
2016
 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Indonesia terdiri dari gugusan kepulauan dengan potensi bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kejadian bencana selalu memberikan dampak yang mengejutkan dengan mengakibatkan kerugian baik jiwa manusia maupun materi serta kerusakan prasarana dan sarana yang dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya. Bagi mereka yang menjadi korban bencana pada umumnya berada dalam kondisi kekurangan pangan dan gizi yang merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius dan dapat menjadi penyebab utama kematian, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada (Asian Disaster Reduction Center (2003)).

Sulawesi Tengah merupakan wilayah di Indonesia Timur yang berada dalam jalur rawan gempa bumi dan tsunami. Kota Palu sebagai Ibukota Sulawesi tengah sudah termasuk daerah rawan gempa karena memiliki aktivitas tektonik tertinggi di Indonesia. Penyebab utamanya tidak lain adalah karena adanya patahan kerak bumi (sesar) berdimensi cukup besar, dikenal dengan sesar Palukoro. Sesar Palukoro memanjang mulai dari Selat Makassar sampai pantai utara Teluk Bone dengan panjang patahan sekitar 250 kilometer. Sesar Palukoro merupakan pertemuan lempeng lempeng tektonik Pasifik, Euro-Asia dan Indo-Australia.

Wilayah Kabupaten Sigi dibangun oleh rangkaian pegunungan dengan celah yang sempit dan dalam. Adapun dibagian barat terdapat pelusuran lembah dan merupakan ekspresi morfologi dari adanya patahan transcurrent besar yang dinamai fossa sarasina (Sarasin, 1901 dalam Katili, 1980 dalam studi Pola Pengelolaan SDA WS Palu Lariang, 2006). Kabupaten Sigi tergolong pada wilayah yang memiliki sensivitas bencana yang tinggi.


1.2   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah :
1.       Apa penyebab terjadinya gempa bumi di kabupaten sigi?
2.       Bagaimana kondisi geologi di kabupaten sigi?
3.       Bagaimana struktur tanah di kabupaten sigi?
4.       Apa dampak dari gempa bumi yang terjadi di daerah kabupaten sigi?

1.3   Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yakni :
1.       Mengetahui penyebab terjadinya gempa bumi di kabupaten sigi.
2.       Mengetahui kondisi geologi di daerah kabupaten sigi.
3.       Mengetahui struktur tanah di kabupaten sigi.
4.       Mengetahui dampak dari gempa bumi yang terjadi di daerah kabupaten sigi.

1.4   Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi yang jelas dan transparan mengenai daerah-daerah yang memiliki potensi gempa bumi, serta meningkatkan kewaspadaan masyarakat sekitar.











BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi Gempabumi
Lempeng bumi selalu bergerak karena gaya dari dalam bumi. Gaya ini menyebabkan bagian lempeng bumi terus berpindah, sehingga menekan bagian lempeng yang lain. Untuk mengimbangi tekanan tersebut, bagian lempeng merenggang, menekan fan menekuk seperti tarikan plastik atau karet. Tetapi jika gaya terlalu besar, lempeng tersebut akan patah. Patahan ini yang menghasilkan gelombang seismik yang mengakibatkan getaran pada permukaan bumi. Getaran inilah yang biasanya disebut Gempa Bumi (Emmons,1960 and Wilson 1961).

Gempabumi (earthquakes) adalah getaran tanah yang ditimbulkan oleh lewatnya gelombang seismik yang dipancarkan oleh suatu sumber energi elastik yang dilepaskan secara tiba-tiba. Gelombang yang dipancarkan mengakibatkan getaran melalui batuan bumi. Gempabumi merupakan salah satu fenomena alam yang sangat merusak dan sering kali lebih menakutkan dari pada letusan gunungapi, karana guncangan gempa bumi akibat patahan ini langsung pada tanah, yang sejak dulu kita anggap stabil (Emmons, 1960).

Gempabumi adalah suatu sentakan asli yang terjadi di bumi, bersumber dari dalam bumi yang kemudian merambat ke permukaan (Katilli, 1966). Pada saat gempabumi terjadi, yang dapat kita rasakan adalah getaran bumi di tempat kita berpijak. Ilmu yang mempelajari gempabumi dinamakan seismologi.

Gempabumi adalah getaran bumi atau getaran kulit bumi secara tiba-tiba, bersumber pada lapisan kulit bumi (litosfer) bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi. Gempabumi di sebabkan adanya pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam kulit bumi secara tiba-tiba. Gempabumi termasuk bagian dari tenaga endogen yang merusak, menyimpang dari sifat tenaga endogen pada umumnya, yaitu membangun tetapi merupakan gejala sampingan tenaga endogen yaitu tektonisme dan vulkanisme.

Gempabumi adalah sentakan asli dari bumi yang bersumber di dalam bumi yang merambat melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempabumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba tiba sepanjang sesar merupakan penyebab yang sering terjadi.

Gempabumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang di sebabkan oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Pusat atau sumber gempabumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut episentrum.

2.2 Penyebab Gempabumi
Gempabumi tidak hanya terjadi akibat patahan lempeng bumi, tetapi Emmons et.al.(1960) menyebutkan bahwa gempa bumi selain terjadi akibat patahan lempeng bumi, juga disebabkan letusan gunung api, tumbukan akibat ledakan bom, nuklir atau bahan peledak lainnya. Selain itu disebabkan oleh kendaraan yang melintas seperti truk, tank, kereta api dan fenomena alam lainnya seperti runtuhnya batuan pada jurang, gua, tambang, atau gesekan yang bukan patahan permukaan bumi seperti longsor dan tabrakan kapal selam pada dasar laut. Yang paling nesar berpotensi bencana alam yaitu gempa tektonik.

Kebanyakan gempabumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempabumi akan terjadi.

2.3 Jenis-Jenis Gempabumi
Dilihat dari proses terjadinya gempabumi terdiri atas beberapa macam:
1.       Gempabumi Tektonik
Seperti diketahui bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng lempeng tektonik yang terdiri dari lapisan lapisan batuan. Tiap tiap lapisan memiliki kekerasan dan massa jenis yang berbeda satu sama lain. Lapisan kulit bumi tersebut mengalami pergeseran akibat arus konveksi yang terjadi di dalam bumi. Sesar aktif bergerak sedikit demi sedikit kearah yang saling berlawanan Pada tahap ini terjadi akumulasi energi elastis.Pada tahap ini mulai terjadi deformasi sesar, karena energi elastis makin besar.Pada tahap ini terjadi pelepasan energi secara mendadak sehingga terjadi peristiwa yang disebut gempabumi tektonik.Pada tahap ini sesar kembali mencapai tingkat keseimbangannya kembali. Pergeseran ini kian lama Peristiwa inilah yang disebut gempa tektonik yaitu peristiwa pelepasan energi secara tiba-tiba di dalam batuan sepanjang sesar atau patahan.

2.       Gempabumi Vulkanik (Aktivitas Gunungapi )
Sesuai dengan namanya, gempa vulkanik atau gempa gunungapi merupakan peristiwa gempabumi yang disebabkan oleh tekanan magma dalam gunung berapi. Gempa ini dapat terjadi sebelum dan saat letusan gunungapi. Getarannya kadang-kadang dapat dirasakan oleh manusia dan hewan sekitar gunung berapi itu berada. Seperti diketahui bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng lempeng tektonik yang terdiri dari lapisan lapisan batuan. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi.

3.       Gempa Runtuhan atau Longsoran
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Gempabumi terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.

4.       Gempabumi Buatan (Aktivitas Manusia)
Gempabumi buatan adalah gempabumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

2.4 Proses Terjadinya Gempabumi
Gempabumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng benua. Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempabumi. Proses terjadinya gempabumi tersebut kira-kira adalah sebagai berikut:



 










Gambar 2.1 Proses Terjadinya Gempabumi

Lempeng samudera yang rapat massa lebih besar ketika bertumbukan dengan lempeng benua di area tumbukan (subduksi) akan bergerak menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat bergesekan dengan selubung bumi, yang lebih lanjut menyebabkan akumulasi energi di area patahan dan area subduksi. Akibatnya, di sekitar area-area tersebut terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Ketika batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses tersebut mengakibatkan getaran partikel ke segala arah yang disebut sebagai gelombang gempa bumi (seismic waves). Di sekitar daerah tumbukan lempeng-lempeng itulah gempabumi bisa terjadi.
Dalam setahun, gempabumi dapat terjadi hingga jutaan kali akibat dari pergerakan lempeng bumi yang sangat aktif. Akan tetapi, getarannya tidak terasa oleh manusia yang ada di atas permukaan bumi. Gempabumi yang dirasakan oleh manusia hanya puluhan kali pada setiap tahunnya dan akibatnya dapat merusak bangunan yang ada di atasnya. Kekuatan gempabumi diukur dengan skala Richter. Skala Richter diukur mulai dari 1 (getaran ringan) sampai dengan 9 (getaran merusak).

2.5 Pengukuran Gempabumi
Gempabumi yang besar berkaitan erat dengan pelepasan energi dalam bentuk gelombang seismik dan menyebabkan getaran pada permukaan tanah. Gelombang seismik penting diketahui agar dapat di deskripsikan secara kuantitatif ukuran gempa bumi (Wiegel, 1970). Wiegel menambahkan pada tahun 1935, C. F. Richter dari Institut Teknologi California mendefenisikan kekuatan gempa dangkal:
M = Magnetut/kekuatan gempabumi
  A = Amplitudo/simpangan maksimum
Namun penggunaan magnetudo dikarenakan permukaan bumi tidak seragam, maka M tidak semua bisa dipakai untuk menghitung gempabumi.
Getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala arah. Getaran itu berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari episentrum, juga terjadi rambatan getaran di permukaan bumi dalam bentuk gelombang panjang. Jadi, gelombang gempa dapat dibedakan atas:
1.       Gelombang primer (P): merupakan gelombang longitudinal yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 4-7 km per detik.
2.       Gelombang sekunder (S): berupa gelombang transversal yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 2-6 km per detik.
3.       Gelombang panjang (L): merupakan gelombang permukaan dengan kecepatan lebih lambat.
Ukuran Skala Richter
Keterangan
0,0-2,9
Tidak terlalu dirasakan hanya terdeteksi oleh sismograf
3,0-3,9
Dirasakn oleh masyarakat disekitar gempa, lampu gantung bergoyang.
4,0-4,9
Terasa sekali getaranya, jendela bergetar, permukaan air beriak-riak, pintu terbuka-tutup.
5,0-5,9
Sangat sulit untuk berdiri tegak, parselin dan dinding kaca pecah, lepas dari batu bara dan permukaan air bergelombang.
6,0-6,9
Batu runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah, retakan pada tanah.
7,0-7,9
Tanah lonsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan rusak, keretakan besar pada tanah, rel kereta api bengkok, terjadi kerusakan besar diwilayah gempa.
8,0-.....
Dapat menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam radius seratus kilometer dari wilayah gempa.
  (Sumber: Wikipedia.com)
Tabel 1 Klasifikasi Ukuran Skala Richter
2.6 Dampak Gempabumi
Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga tidak kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan bencana. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempabumi sebagai berikut.

1.       Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempabumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya. Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut, biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam menyengat dan air laut terasa dingin.

2.       Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.

3.       Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempabumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.

4.       Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.

5.       Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.

6.       Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.

2.7 Cara Mencegah GempaBumi
Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
1.       Menjaga kelestarian lingkungan
2.       Tidak merusak hutan
3.       Tidak merusak alam sehingga keseimbangan alam selalu terjaga
4.       Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.
5.       Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
6.       Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
7.       Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
8.       Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi.
9.       Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
10.   Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
11.   Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
12.   Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
13.   Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
14.   Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
15.   Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
16.   Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

2.8 Parameter Gempabumi
Parameter Gempa bumi menurut Boen (2000) dalam Sudibyakto (2000) biasanya digambarkan dengan tanggal terjadinya, waktu terjadinya, koordinat episenter (dinyatakan dengan koordinat garis lintang dan garis bujur), kedalaman Hiposenter, Magnitude, dan intensitas gempabumi.
1.       Epicentrum
Epicentrum (epicentre) adalah hasil proyeksi hiposenter ke permukaan bumi, atau dapat disebut juga sebagai titik di permukaan bumi yang didapat dengan menarik garis melalui fokus tegak lurus pada permukaan bumi.tempat di permukaan bumi yang letaknya terdekat terhadap hipocentrum.Letak epicentrum tegak lurus terhadap hipocentrum, dan sekitar daerah ini pada umumnya merupakan wilayah yang paling besar merasakan getaran gempabumi.Daerah sekitar epicentrum yang terhebat menderita kerusakan akibat gempabumi dinamakan macroseisme yang dibatasi oleh suatu garis yang disebut pleistosiste.
2.       Hipocentrum
Hipocentrum (hypocentre) adalah pusat gempabumi, yaitu tempat terjadinya perubahan lapisan batuan atau dislokasi di dalam bumi sehingga menimbulkan gempabumi. Howell (1969) telah membagi jenis-jenis gempabumi berdasarkan kedalaman hipocentrumnya, yaitu:
a.       Gempabumi dangkal (normal), pusatnya < 70 km.
b.      Gempabumi sedang (intermedier), pusatnya 70 – 300 km.
c.       Gempabumi dalam, pusatnya 300 – 700 km.
Kebanyakan gempabumi yang terjadi pusatnya terletak dekat permukaan bumi pada kedalaman rata-rata 25 kilo meter, dan berangsur ke bawah tidak lebih dari 700 km. Gempabumi dangkal cenderung lebih kuat dari pada gempabumi dalam, oleh sebab itu gempabumi dangkal lebih banyak menyebabkan kerusakan. Getaran yang terjadi di hipocentrum merambat ke permukaan bumi dengan dua macam gelaombang, yaitu :
a.       Gelombang longitudinal, atau gelombang primer (P) dengan kecepatan rambat 7,5 – 14 km/detik. Gerakannya searah dengan sumber getaran.
b.      Gelombang transversal, atau gelombang sekunder (S) dengan kecepatan rambat 3,5 – 7  km/detik. Gerakannya tegak lurus terhadap sumber getaran, bersifat merusak.
Bila hiposentrum terletak di dasar laut maka getaran gempabumi yang terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasang yang sangat besar dengan ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombang air laut yang besar seperti ini dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-porandakan segala sesuatu yang diterjangnya di tepi pantai
Gambar 2.2 Titik hiposentrum pada lapisan bumi
Apabila hiposentrum terletak didasar laut maka getaran gempabumi yang terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasang yang sangat besar dengan ketinggian mencapai puluhan meter.Gelombang air laut yang besar seperti ini dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-porandakan segala sesuatu yang diterjangnya di tepi pantai.
Tempat-tempat di permukaan bumi yang berjarak sama terhadap hipocentrum akan merasakan getaran gempabumi pada saat yang bersamaan. Garis-garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan bumi yang merasakan getaran gempabumi pada saat yang sama disebut homoseiste. Sedangkan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang merasakan kekuatan gempanya sama, dinamakan isoseismik atau isoseisme.
3.       Intensitas Gempabumi
Intensitas gempabumi adalah cerminan pengaruh goncangan gempabumi terhadap tingkat kerusakan sarana dan prasarana.Beberapa faktor yang mempengaruhi rusaknya sarana dan prasarana adalah rekayasa bangunan, jarak dari pusat gempa dan sifat batuan.Besarnya intensitas atau kekuatan gempabumi diukur dengan suatu alat yang dinamakan seismograf.Data hasil catatan seismograf yang berupa grafik dinamakan seismogram.Skala Richter atau Richter Magnitude adalah metoda kira-kira untuk menentukan besarnya energi yang dilepaskan di pusat gempabumi. Perkiraan tersebut diformulasikan sebagai berikut :
 Log E  =  11,4 + 1,5 M
dimana : E   =  energi (erg)  M  =  Richter magnitude.
Indeks seismisitas juga dapat diartikan sebagai harga yang menggambarkan jumlah total event gempa yang terjadi dalam waktu satu tahun dengan magnitudo lebih besar dari magnitude M0pada suatu daerah pengamatan.
Harga indeks seismisitas :
Log N1 (M M0) = a1 – bM0
bila kedua persamaan tersebut kita invers log maka didapat :
N1 (M M0) = 10(a1-bMo)
dengan :
a1 = a‘ – log Δt
a‘ = a – log (b ln 10)
maka dapat diperoleh indeks seismisitas :
N1 (M M0) = 10(a-log(b ln 10)-log Δt)-bMo
(Rusdin, 2009)
Keterangan :
N (M M0)       = indeks seismisitas untuk magnitudo M M0
adan b               = konstanta hubungan frekuensi -magnitudo
M                        = magnitudo
Δt                       = interval waktu pengamatan















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1   Lokasi Penelitian
Kabupaten Sigi terdiri atas 15 kecamatan 156 desa dengan luas wilayah sebesar 5.196,02 km2, terletak pada koordinat 0052’16”–2003’21” LS dan 119038’45”–120021’24” BT. Berdasarkan posisi geografisnya, batas-batas Kabupaten Sigi adalah :
1.       Sebelah Utara              :     Kabupaten Donggala dan Kota Palu
2.       Sebelah Selatan         :      Provinsi Sulawesi Selatan
3.       Sebelah Barat              :     Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Barat
4.       Sebelah Timur             :     Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso.
Seperti terlihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Peta Lokasi Kabupaten Sigi

3.2   Metode Pengumpulan Data
Metodologi penelitian akan menjadi pedoman bagi seorang peneliti dalam menjalankan suatu penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan yang matang dalam penyusunan metodologi penelitian. Tahapan penelitian harus memperhatikan alur tahapan secara sistematis dan struktual. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus namun tidak boleh melangkahi proses sebelumnya. Dalam proses pengumpulan data, dilakukan survei primer dan sekunder. Survei primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada 3 stakeholder. Adapun tiga stakeholder yang didapatkan melalui analisa stakeholder, yaitu BMKG Sulawesi Tengah, BPBD Kabupaten Sigi, Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral Bagian Geologi. Sedangkan survei sekunder terdiri dari survey instansi dan survey literatur. Survei instansi merupakan survei yang dilakukan dalam mengumpulkan data sekunder atau pendukung di instansi atau dinas-dinas. Studi literatur atau kepustakaan dilakukan dengan meninjau isi dari literatur yang bersangkutan dengan tema penelitian ini, di antaranya berupa buku, hasil penelitian, dokumen rencana tata ruang, tugas akhir, serta artikel di internet dan media massa.

3.3   Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengumpulan data kegempaan di kabupaten Sigi. Penelitian ini dilakukan dengan cara survei, melalui pengambilan sampel dari suatu populasi. Apabila dilihat dari tingkat penjelasan antara kedudukan variabel yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan cara dekriptif untuk menampilkan data gempa bumi dan data daerah yang di lalui sesar palukoro dan sesar lainnya.

3.4   Jadwal Kegiatan
KEGIATAN
MEI 2016
JUNI 2016
13
14
15
16
28
30
31
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Survei Lokasi
















Pelaksanaan Sampling
















Mengelola Data
















Analisis dan Menyusun Laporan









































BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1   HASIL
4.1.1          Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sigi
Luas wilayah Kabupaten Sigi secara keseluruhan adalah 5.196,02 km² atau sekitar 7,64 persen dari total luas wilayah Sulawesi Tengah. Kabupaten Sigi merupakan wilayah dengan kawasan pegunungan dan perbukitan, dengan ketinggian wilayah umumnya berada antara 60 meter sampai 700 meter diatas permukaan laut. Tingkat kemiringan tanah/lereng antara datar sampai sangat curam. Kondisi topografi kawasan pegunungan dan perbukitan tersebut mempengaruhi wilayah permukiman desa dari 156 desa, terdapat 70 desa lembah dan 86 desa di pegunungan. Secara administratif pada tahun 2013 Kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 Kecamatan, 156 Desa.

Kabupaten Sigi beribukota di Bora, sekitar 16 km dari Kota Palu. Secara umum wilayah Kabupaten sigi dapat ditempuh melalui jalur darat dengan jarak antara ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten yang beragam. Berdasarkan ketinggian ibukota kecamatan yang diukur menggunakan GPS di titik-titik kantor camat, ketinggian wilayah Kabupaten Sigi berkisar 32-1.350 m, dimana titik terendah berada di Kantor Camat Dolo (Kota Pulu) dan tertinggi di kantor Camat Marawola Barat  (Dombu).

4.2   PEMBAHASAN
4.2.1          Penyebab Terjadinya Gempa Bumi di Kabupaten Sigi
Potensi kebencanaan pada wilayah Kabupaten Sigi tergolong pada wilayah yang memiliki sensivitas bencana yang tinggi. Keberadaan patahan-patahan yang membentang dari utara–selatan merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan kawasan yang mempunyai potensi bencana gempabumi.
Adapun wilayah yang di lalui patahan sesar Palukoro dan sesar-sesar lainnya yang membentang dari utara-selatan, tersaji pada gambar berikut ini.
       (Sumber : ESDM Kab.Sigi)

Gambar 4.1 Peta Geologi Lintasan Sesar Palukoro Kabupaten Sigi

4.2.2          Kondisi Geologi di Kabupaten Sigi
Dilihat dari struktur tektonika, Kabupaten Sigi didominasi oleh lajur Sesar Palu-Koro yang berarah utara barat laut merupakan sesar utama yang mendatar mengiris yang masih aktif hingga saat ini dengan percepatan pergeseran berkisar antara 2-3,5 mm per tahun (Tjia, 1973; Sudrajad, 1981). Bentuknya yang sekarang menyerupai terban yang dibatasi oleh sesar hidup lainnya, ditandai dengan penampakan pada permukaan tanah beberapa sumber air panas. Sesar dan kelurusaan lainnya yang tegak lurus terhadap arah tersebut terdapat hampir diseluruh wilayah Kabupaten Sigi yang tergolong tua, sedangkan sesar termuda tercatat terjadi pada tahun 1968 yang timbul setelah terjadi gempa bumi di Desa Tambu Kabupaten Donggala berarah barat laut yang permukaan tanahnya turun hingga mencapai 5 meter. Lipatan di wilayah Kabupaten Sigi merupakan lipatan terbuka dengan kemiringan sayap mencapai 300 berarah utara-selatan yang berkembang pada batuan neogen. Kekar hampir terdapat pada semua jenis batuan disekitar jalur sesar, baik pada batuan milihan sedimen maupun beku. Dibeberapa tempat mempengaruhi aliran sehingga berpola lurus atau menyiku. Perdaunan berkembang baik pada batuan milihan, di wilayah pegunungan Wana Kabupaten Sigi perdaunan umumnya berarah 1050 – 1700 dengan kemiringan berkisar antara 250 – 800 .
4.2.3          Struktur Tanah di Kabupaten Sigi
Kabupaten Sigi terbentuk karena proses tektonik yang menyebabkan terdapat daerah yang mengalami pengangkatan dan penurunan sehingga dibeberapa tempat permukaan tanah terangkat cukup tinggi. Kabupaten Sigi memiliki kawasan yang meliputi dataran/lembah dan pegunungan, sehingga dapat dipetakan menjadi dua wilayah yaitu wilayah dataran/lembah meliputi 7 (tujuh) kecamatan serta wilayah pegunungan meliputi 8 (delapan) kecamatan dengan ketinggian umumnya 700 m diatas permukaan laut. Kabupaten Sigi memiliki karakteristik lereng yang beragam sehingga mencapai >600 mencakup 89% luas wilayah. Wilayah dengan topografi datar hanya sebesar 11% yang terdapat pada sekitar sungai palu dan danau lindu. (Tabel 2)

No
Kecamatan
0-2%
2-8%
8-15%
25-60%
>60%
Jumlah
1
Pipikoro
-
-
-

99.641,27
99.641,27
2
Kulawi Selatan
-
1.802,55
-

39.405,05
41.207,60
3
Kulawi
-
79,46
-

113.975,54
114.055,00
4
Lindu
6.463,55
-
-
6.518,26
44.781,96
57.763,77
5
Nokilalaki
-
-
284,94
2.823,39
4.288,78
7.397,11
6
Gumbasa
-
901,66
2.461,13
464,31
13.438,66
17.265,76
7
Dolo Selatan
-
2.956,08
3.019,30
21,23
34.551,42
40.548,03
8
Tanmbulava
-
1.657,94
1.041,76
-
2.835,21
5.534,91
9
Dolo Barat
10,65
2.758,07
-
791,70
8.642,60
12.203,02
10
Marawola Barat
-
-
-
-
15.631,53
15.631,53
11
Marawola
393,45
834,52
-
472,99
19,53
1.720,49
12
Kinovaro
-
-
-
1.282,79
5.432,25
6.715,04
13
Dolo
1.034,63
2.520,88
40,48
570,87
862,43
5.029,29
14
Sigi Biromaru
453,22
4.820,23
5.421,50
-
19.658,07
30.353,02
15
Palolo
-
-
472,26
6.755,97
57.307,61
64.535,84
Jumlah
8.355,50
18.331,39
12.741,37
19.701,51
460.471,91
519.601,68
Persentase
1,61
3,53
2,45
3,79
88,62
100,00
        Sumber : Interpolasi Peta Kontur Kabupaten Sigi, 2009
Tabel 4.1 KONDISI KELERENGAN KABUPATEN SIGI

Wilayah Kabupaten Sigi dibagian tengah terdapat dataran rendah dan wilayah perbukitan yang memanjang dari utara – selatan, umumnya berlereng landai hingga curam dengan ketinggian dari 50 - 500 m diatas permukaan laut. Disekitar lembah palu dataran perbukitan ini menyempit di daerah Desa Bora dan Desa Kulawi Kabupaten Sigi. Wilayah pegunungan menempati sebagian besar Kabupaten Sigi terutama dibagian selatan yang umumnya berlereng terjal dengan ketinggian 1.500 – 2.250 m diatas permukaan laut.

4.2.4          Dampak dari Gempa Bumi yang terjadi di daerah Kabupaten Sigi
Bencana gempa bumi di Kabupaten Sigi yang paling parah tercatat dari tahun 2012-2015 yang menghancurkan 3 kecamatan di Kabupaten Sigi pada tanggal 18 Agustus 2012 dengan kekuatan 6,2 skala rechter (SR) pada pukul 17:41:53 WITA yang berpusat pada 27 KM Barat Daya dikedalaman 10 km barat laut Kabupaten Parigi Moutong (Sumber BPBD Kabupaten Sigi). Dampak dari kejadian bencana dimaksud telah mengakibatkan kerusakan di wilayah Kabupaten Sigi meliputi Kecamatan Lindu dengan tingkat kerusakan sarana dan prasarana mencapai 75%, Kecamatan Kulawi dengan tingkat kerusahakan sarana dan prasarana mencapai 30 % dan Kecamatan Gumbasa dengan tingkat kerusakan sarana dan prasarana mencapai 10%. Bencana gempa bumi dimaksud mengakibatkan pergeseran tanah yang menyebabkan kejadian tanah longsor dibeberapa titik yang mengakibatkan terputusnya akses jalan sepanjang 17 KM mengakibatkan terisolasinya Kecamatan Lindu dari pelayanan.
A.        Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi
Kondisi wilayah Kecamatan Kulawi dengan luas wilayah sebesar 114.055,00 KM2 dengan topografi kelerengan mencapai kemiringan 600 mencapai 99,93% luas wilayah atau 113.975,54 KM2 , adapun wilayah topografi datar tersisa 0,07% atau 79,46 KM2, keadaan ini mengakibatkan banyak warga yang bermukim disepanjang jalan menuju kota kecamatan yang secara umum dalam kondisi rawan bencana khususnya tanah longsor. Dampak akibat bencana gempa bumi dimaksud menimpa 10 Desa (Desa Namo, Bolapapu, Tangkulowi, Boladangko, Salua, Matauwe, Toro, Sungku, Winatu dan Lonca) dengan rincian kerugian sebagai berikut :

DAFTAR RINCIAN KERUGIAN AKIBAT BENCANA
KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI
PER TANGGAL 25 AGUSTUS 2012

No.
Uraian
Jumlah
Keterangan
1.
Rumah
888
Unit
RR 715;RB 173
2.
Korban Jiwa




a.    Pengungsi
888
KK


b.    Luka Berat
4
orang


c.     Luka Ringan
-
orang


d.    Meninggal Dunia
1
orang

3.
Fasilitas Umum




a.    Sarana Ibadah
12
Unit
Masjid  : 3 (RR);
Gereja  : 9 (RR)

b.    Sekolah
3
Unit
2 (RB); 1 (RR)

c.     Kantor Desa
1
Unit
Rusak Ringan (RR)

d.    Lumbung
1
Unit
Rusak Ringan (RR)
4.
Infrastuktur




a.    Jalan Kabupaten
4,05
KM
Tertimbun longsoran (RR)

B.        Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi
Kondisi wilayah Kecamatan Lindu dengan luas 57.763,77 KM2 dengan topografi kemiringan mencapai 600 mencapai 77,52% atau 44.781,96 KM2, pemukiman warga berkisar pada wilayah dengan topografi kemiringan 00-250 yang mencapai 22,46% atau 12.981,81 KM2. Dampak akibat bencana gempa bumi di Kecamatan Lindu dimaksud menimpa 4 Desa ( Desa Tomado, Puro’o, Anca dan Langko), sebagai berikut :

DAFTAR RINCIAN KERUGIAN AKIBAT BENCANA
KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI
PER TANGGAL 25 AGUSTUS 2012

No.
Uraian
Jumlah
Keterangan
1.
Rumah
432
Unit
RR 275;RB 157
2.
Korban Jiwa




a.    Pengungsi
432
KK


b.    Luka Berat
11
orang


c.     Luka Ringan
9
orang


d.    Meninggal Dunia
4
orang

3.
Fasilitas Umum




a.    Sarana Ibadah
7
Unit
Masjid  : 1 (RB)
Gereja  : 5 (RB); 1 (RR)

b.    Sekolah
5
Unit
RB 4; RR 1

c.     PUSKESDES
1
Unit
Rusak Ringan (RR)

d.    Balai Desa
1
Unit
Rusak Berat (RB)

e.    Kantor Desa
2
Unit
1 (RB); 1 (RR)
4.
Infrastruktur




a.    Jalan Kabupaten
9,75
KM
Tertimbun longsoran

b.    Jembatan Kayu
3
Unit
Rusak Berat (RB)

c.     Duiker Plat
7
Buah
Rusak Berat (RB)

d.    Saluran Drainase
475
M
Rusak Berat (RB)

e.    Jaringan Pipanisasi
4
KM
Rusak Berat (RB)

C.        Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
Kecamatan Gumbasa dengan luas wilayah 17.265,76 KM2, dengan topografi kelerengan pada kemiringan lebih dari 600 mencapai 77,87% atau seluas 13.438,66 KM2.dari wilayah, dengan topografi yang menjadi wilayah pemukiman mencapai 22,13% atau 3.827,10 KM2. Dampak akibat bencana gempa bumi di Kecamatan Gumbasa dimaksud menimpa 4 Desa (Desa Tuva, Pakuli, Omu dan Simoro), dengan rincian kerugian sebagai berikut :

DAFTAR RINCIAN KERUGIAN AKIBAT BENCANA
KECAMATAN GUMBASA KABUPATEN SIGI
PER TANGGAL 25 AGUSTUS 2012

No.
Uraian
Jumlah
Keterangan
1.
Rumah
436
Unit
RR 401; RB 35
2.
Korban Jiwa




a.    Pengungsi
436
KK


b.    Luka Berat
36
orang


c.     Luka Ringan
18
orang


d.    Meninggal Dunia
5
orang

3.
Fasilitas Umum




a.    Sarana Ibadah
7
Unit
Masjid  : 2 (RR)
Gereja  : 5 (RR)

b.    Sekolah
3
Unit
Rusak Ringan (RR)
4.
Infrastruktur




a.    Jalan Provinsi
3,2
KM
Tertimbun longsoran (RR)






















Gambar dibawah ini merupakan rumah warga yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempabumi 18 Agustus 2012 di Kabupaten Sigi.
   

 






 








Gambar 4.1 Rumah warga yang rusak







Adapun Kerugian Akibat Bencana Kabupaten Sigi pada 18 Agustus 2012
Secara keseluruhan rekapitulasi kerugian akibat bencana gempa bumi di Kabupaten Sigi, sebagai berikut :

DAFTAR REKAPITULASI KERUGIAN AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI
KABUPATEN SIGI
PER TANGGAL 25 AGUSTUS 2012

No.
Uraian
Jumlah
Keterangan
1
2
3
4
1.
Rumah
1.756
Unit
RR 1391; RB 365
2.
Korban Jiwa




a.    Pengungsi
1.756
KK


b.    Luka Berat
18
orang


c.     Luka Ringan
36
orang


d.    Meninggal Dunia
5
orang

3.
Fasilitas Umum




a.    Sarana Ibadah
26
Unit
Masjid  : 5 (RR); 1 (RB)
Gereja  : 15 (RR) 5 (RB);

b.    Sekolah
11
Unit
6 (RB); 5 (RR)

c.     PUSKESDES
1
Unit
Rusak Ringan (RR)

d.    Balai Desa
1
Unit
Rusak Berat (RB)

e.    Kantor Desa
3
Unit
1 (RB); 2 (RR)

f.     Lumbung
1
Unit
Rusak Ringan

No.
Uraian
Jumlah
Keterangan
1
2
3
4
4.
Infrastruktur




a.    Jalan
17
KM
Tertimbun longsoran (RR)

b.    Jembatan Kayu
3
Unit
Rusak Berat

c.     Duiker Plat
7
Buah
Rusak Berat

d.    Saluran Drainase
475
M
Rusak Berat

e.    Jaringan Pipanisasi
4
KM
Rusak Berat








DAFTAR KORBAN MENINGGAL DUNIA AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI
KABUPATEN SIGI
PER TANGGAL 25 AGUSTUS 2012

No.
Nama
Usia
Keterangan
1.
RONAL
9
Tahun
Desa Salua Kec. Kulawi
2.
FRIDA
28
Tahun
Desa Tomado Kec. Lindu
3.
ANI
70
Tahun
Sda
4.
MERLIN
9
Tahun
Sda
5.
IDA
47
Tahun
Desa Anca Kec. Lindu

BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Gempabumi adalah peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Terjadinya gempabumi disebabkan oleh beberapa hal diantaranya vulkanik, tektonik, runtuhan dan nuklir. Akibat yang di timbulkan gempabumi yakni menimbulkan kerusakan bangunan, sarana dan prasarana umum seperti jalan raya dan lain – lain. Upaya penanggulangan yang dapat kita lakukan yakni dengan membuat bangunan yang sesuai standar / membuat bangunan tahan gempa terutama di daerah rawan gempa.
Dari uraian diatas terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
1.       Gempabumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempabumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
2.       Tipe gempabumi adalah gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa runtuhan dan gempa buatan.
3.       Gempabumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempabumi akan terjadi.

5.2   Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis sebagai berikut:
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1.       Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempabumi.
2.       Menyediakan air minum untuk keperluan darurat.
3.       Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barangbarang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian.




DAFTAR PUSTAKA

Sumber data Kegempaan dari BMKG Sulawesi Tengah
Sumber data Kerugian Akibat Bencana Gempa Bumi dari BPBD Kabupaten Sigi 16 Mei 2016